Senin, 29 Juli 2013

Penggemar - Bagian 3 "Coklat"

Hari ini aku punya cerita untuk diceritakan ke temanku Jentik. Sesampainya dikelas aku langsung duduk dekat jentik.
Capung : "tau gak aku kemaren jumpa dengan siapa?"
Jentik : "dengan mantanmu?"
Capung : "akh... Kok dia sih... "
Jentik : "hahaha.... Jadi siapa?"
Capung : "tapi benar sih... Hm... Tpi bukan dia yang mau aku ceritakan"
Jentik : "aduh... kaciannya pasti dia pamer pasangannya  lagi y... jadi siapa?"
Jentik mencubit pipiku. Dari depan pintu kelas ada kakak kelas yaitu Kadal.
Kadal : "Ca... !"
Kadal menghapiriku dengan senyuman di wajahnya, kemudian duduk disampingku. Dia nenunjukkan coklat didepanku. Cokelat yang tertempel sebuah kartu yang masih tertutup.
Kadal : "ini untukmu... "
Aku terbengong bersama jentik, teman sekelas pun pada melihatku.
Kadal : "ini terima!"
Aku pun menerima cokelat itu.
Capung : "untukku bang al?"
Aku heran aja, walaupun kami sering berangkat sekolah bersama tapi gak ada yang spesial tuh.
Kadal : "coklat ini pemberian dari Biawak teman sekelasku, katanya kalau kamu terima coklatnya berarti kamu terima dia jadi pacarmu dan kalau tidak berarti sebaliknya, kamu menolaknya"
Aku tambah terbengong, kenapa aku? Kan baru jumpa sekali? Kok uda nembak? Aku kan belum kenal dia.
Kadal : "Ca... ! Abang balik ke kelas ya, udah bel masuk nih..."
Kadal berlari keluar kelas meninggalkan aku yang masih bingung.
Capung : "Bang Al...!! Ni coklatnya...?"
Aduh, guru udah datang lagi, jadi aku tidak bisa mengejar bang Kadal untuk mengembalikan coklatnya.
Jentik melihatku dengan wajah murung. Aku bingung kenapa dengan jentik, apa dia cemburu? Tapikan dia temanku.

Bel istirahat pun berbunyi. Teman2 dikelas pada datang ke mejaku. "Cie... Ca dapat coklat dari bang Bi...", "so sweet...", "baca donk kartunya!", begitulah kata sebagian teman yang senang melihat coklat pemberian bang Biawak. Tapi ada juga yang tidak senang, seperti ini kata mereka "cuman coklat, banyak cewek lain yang dikasinya coklat", "dia itu playboy, hati2lah...", "pacarnya banyak, paling pacaran sebentar aja".

Apa pun kata mereka aku tetap  akan mengembalikan coklat ini. Aku pun berjalan menuju kelas Biawak. Aku sudah didepan pintu kelasnya. Tapi aku deg degkan, sampai lama aku berdiri disana. Untungnya ada Kadal yang keluar kelas.

Capung : "Bang Al...! Ini... "
Aku memberi kembali coklatnya kembali.
Kadal : "kok dikembalikan?"
Capung : "Ca belum kenal bang Bi, gak mungkin aku pacaran dengan orang yang belum aku kenal"
Kadal : "Hahaha... "
Capung : "kok ketawa?"
Kadal : "sebenter, jangan kemana-mana, tunggu sebentar"
Kadal menyuruhku menunggu, kemudian masuk kekelasnya. Tak lama kemudian keluar bang Biawak. Dia manis sekali, rasanya damai. Aku gugup sekali, dia pun sama gugupnya sepertiku. Tidak seperti kemaren suasananya sangat berbeda seperti ada api di sekeliling kami.
Biawak : "hai... aku yang kemaren, masih ingatkan?"
Capung : "masih bang"
Biawak : "kenapa kamu kembalikan coklat pemberianku? Kamu gak suka coklat ya?"
Capung : "suka, tapi aku tidak bisa terima cinta bang Bi"
Biawak : "Hah!?"
Kenapa dia terkejut?
Capung : "kata bang Al, kalau aku terima coklatnya berarti aku terima menjadi pacar bang Bi, sedangkan kalau aku kembalikan, kebalikkannya, aku kan belum kenal bang Bi, jadi aku tidak bisa terima coklatnya"
Biawak: "Hahaha... ngerjain tuh Kadal"
Eii... makin bingung aja aku.
Biawak: "Kadal cuman asal bicara aja tuh, kamu belum baca isi kartunya?"
Capung: "belum, Ca pikir isinya sama dengan yang diucapkan bang Al"
Biawak: "bukan seperti itu isinya, ini aku kasih lagi coklatnya"
Biawak memberikan coklat itu lagi, aku pun menerimanya kembali.
Biawak: "nanti dibaca ya kartunya..."
Capung: "iya, Ca kembali dulu ke kelas y bang"
Biawak: "oke"
Aku pun jalan menuju kelasku, dibelakangku Biawak masih memperhatikanku. Karena diperhatikan, aku menjadi gerogi, jalankku pun tak stabil hampir jatuh, Memalukannnn... Biawak senyum2 memperhatikan aku.

Biawak: "CA...!"
Biawak memanggilku dan berlari menujuku. Diulurkannya tangannya.
Biawak: "kita kan belum kenalan tapi sudah tau nama masing-masing, mari kita berkenalan secara resmi, kenalkan namaku Biawak"
Aku menyambut salamannya dan memasang senyuman di wajahku.
Capung: "namaku Capung"

Aku melepaskan salaman dan kembali berjalan ke dalam kelas. Disana sudah menanti teman2 yang penasaran dengan coklatku dan kartunya. Aku duduk di bangkuku dan meletakkan cokelatnya di dalam ranselku. Aku hanya tersenyum saat teman2 menggoda dan bertanya. Aku tidak mau terlalu pamer dan mengumbar umbar kisah ini. Aku masih memperhatikan Jentik yang menjauh dariku.

***

Sesampainya di rumah aku keluarkan coklat pemberian Biawak dan kubuka kartunya. Isinya seperti ini :
'Salam kenal Capung,
Masih ingat tidak sama aku yang kemaren minta tolong  diantarkan ke rumah kadal?
Namaku Biawak, aku satu kelas dengan Kadal.
Ini coklat sebagai tanda terima kasih karena menolongku mencari rumah kadal.
Dan sebagai tanda awal perkenalan kita. Kamu mau kan menjadi temanku?
Salam,
Biawak'

Hahaha... ternyata isinya tidak sama dengan ucapan bang Kadal. Bang Kadal ngerjain nih... pantasan saja bang Biawak tertawa saat dengar alasanku kembalikan cokelatnya. Tapi kalau diingat-ingat aku selalu bertingkah bodoh kalau didekat dia, buat malu saja. Aku meletakkan cokelatku didalam kulkas. Menanti apa selanjutnya yg terjadi dalam pertemanan baru ini.

***

Bersambung ke : Penggemar - Bagian 4 "Teman dan Guru"



Minggu, 28 Juli 2013

Penggemar - Bagian 4 "Teman dan Guru"

Hari ini di sekolah tidak seperti biasanya. Cewek-cewek pada melihatku sepanjang jalan bahkan cowok juga tapi yang setengah cewek. Mereka berbisik bisik sambil melihat ke arahku. Apa semua sudah tau kalau idola mereka memberiku cokelat. Cepat sekali ceritanya tersebar.
Jentik: "Ca...! !"
Panggil jentik dari jauh. Aku kira dia tidak mau bicara dengan aku lagi.
Capung : "kenapa kamu kemaren menghindar dariku?"
Jentik: "bukannya menghindar, kemaren rame banget teman2 yg ngumpul di mejamu dan tiba2 kepalaku pusing"
Capung: "bukan karena cemburu kan?"
Jentik: "hahaha... dikit sih... "
Capung: "hehehe... dikit itu sama aja dengan cemburu"
Jentik : "jadi gimana?  Kamu terima jadi pacarnya? Aku lihat kemaren kamu bawa pulang cokelatnya"
Capung: "hahaha...bang Al itu cuman lagi iseng aja, sebenarnya bang Bi ngasi coklat itu untuk tanda terima kasih karena sudah mau ngantarkan dia ke rumah bang Al dan sebagai tanda perkenalan untuk menjadi teman aku"
jentik: "kamu mengantarnya ke rumah bang Al?"
Capung: "Jadi kemaren tu, aku jumpa dengannya di jalan waktu pulang sekolah, bang Bi nanyak dimana rumah bang Al, kan rumah bang Al tetanggaan denganku jadi dia minta antarkan ke rumah bang Al, terus kami boncengan menuju rumah bang Al, gitu ceritanya"
Jentik: "hm... tapi sepertinya ada yang ganjal, kalau cuman ngantar gitu aja kok berterima kasih pake coklat"
Capung: "iya sih... ingat gak waktu kamu tunjuk pertama kali bang Bi sama aku kemaren? dalam hati aku berharap Seandainya bang Bi jadi pacar aku pasti mantanku terkejut karena aku punya pacar super cool dan super sweet... hihi..."
Jentik: "beneran kamu berharap begitu? Wihh... berarti harapan kamu terkabulkan donk? Doa orang yang teraniaya pasti cepat dikabulkan ya..."
Capung "Hah?! Maksud lo, aku teraniaya akibat mantanku gitu!"
Jentik: "wakakakak... "
Aku mengelitikin jentik karena mengejekku.
Capung: "tapi... bang Bi pasti cuman mau berteman denganku, aku pun sebenarnya tidak mengharapkan banget untuk jadi pacarnya waktu itu aku berharap hanya untuk menghibur diri sendiri aja..."
Jentik: "mudah2an seperti itu y..."
Capung: "ei...! Lu cemburu ya... hahaha..."
Jentik: "klo iya? mau apa? wee... "
Jentik memeletkan lidahnya dan menggelitikku. Aku tau jentik sangat suka sama Biawak. Jentik pernah memberanikan diri berkenalan dengan Biawak sebelum aku berkenlan dengan Biawak, tapi mereka  tidak pernah aku lihat mengobrol dan jalan bersama.

Jam pelajaran pun tiba, ibu guru bahasa indonesia datang ke dalam kelas. Saat dia memberi kami tugas, tidak lama kemudian ibu guru memanggilku dan memintaku duduk disamping mejanya.
Guru: "Capung, ibu dengar kamu dapat kartu dan coklat dari Bi ya?"
Hah! Kok ibu ini tau sih? Bahkan seorang guru pun ingin tau karena berhubungan dengan Biawak.
Capung: "iya bu... hehehe"
Aku mengerlingkan mata dan menunjukkan wajah imut halah diimut-imutin pun hasilnya ancur juga.
Guru: "memangnya isi kartunya apa Ca?"
Capung: "kalau itu tanya saja sama bang Bi, bu..."
Guru: "sudah ibu tanya, tapi katanya tanya sama Capung saja"
Aduh, kepo banget ibu guru yang satu ini. Aku hanya tersenyum lebar seperti senyuman beruang, tau kan senyuman beruang? Dalam hati senyumanku uda bagus banget tapi waktu dilihat orang lain nampak seram hahaha.
Guru: "yaudah, gak mau cerita juga tidak pa-pa, jadi penasaran ibu hehehe... Bi anaknya baik loh, dia tidak playboy, dia baru putus dengan pacarnya sebulan lalu karena beda agama, cuman satu yang ibu tau pacarnya di sekolah ini"
Capung: "hehehe... kok ibu tau tentang bang Bi?"
Guru: "Bi sering cerita sama ibu tentang masalah pribadinya, tapi kalau tentang kamu dikasih coklat ibu dengarnya dari temannya, makanya ibu heran kenapa dia merahasiakan tentang kedekatannya dengan Capung"
Capung: "Ibu terlalu berlebihan kami cuman berteman biasa, gak sedekat yang ibu kira hehehe..."

Aku tidak mau mengumbar cerita tentang aku dan Biawak, takutnya orang lain salah paham dengan hubungan kami. Cuman sama jentik aku bercerita. Tapi apa maksud ibu guru cerita tetang Biawak sama aku?

***

Bersambung ke : Penggemar - Bagian 5 "Menjaga hatiku"


Sabtu, 27 Juli 2013

Penggemar - Bagian 2 "Tanya Alamat"

Aku baru pulang sekolah menuju rumah menaiki angkutan umum. Kemudian aku berjalan dipinggir jalan menuju rumah. Saat berjalan aku melihat mantanku dan ceweknya yang baru, melaju dengan kendaraannya dengan posisi si cewek memegang pinggangnya. Aku pun terkejut dan terdiam tidak melajutkan jalanku.
"Whats... Sengaja tuh cowok, rumahnya kan tidak disekitar sini, ngapain juga lewat sini, mau pamer apa y... !! Sial aku melihat mereka,  Woy aku uda gak ingat lagi siapa namamu! jangan ganggu aku lagi!  Padahal aku tidak ada salah sama kamu, tapi kenapa kamu suka menggangguku dengan sikapmu dengan pacar barumu. Seharusnya dulu tidak ku terima cintamu, Akhhh... !!!" teriakku sambil menghentakkan kaki.
Tapi sepertinya ada yang memperhatikanku di belakang, jangan-jangan ada orang gila yang suka berjalan di sekitar sini, sekarang dibelakangku. Waduh kok sial banget ya hari ini. Pelan pelan aku berbalik melihat ke belakang.

Twing... Ada seorang cowok dengan kendaraannya, terbengong melihatku, cowok itu adalah bang Biawak. Ups, jangan-jangan dia liat aku dari tadi, malunya... Kemudian tertawa terbahak bahak melihatku.  Aih... Malunya, tadi disekolah diketawainnya sekarang juga. "hehehe..." ketawaku malu sambil mengambil ancang ancang mau pergi dari hadapannya.

Biawak : "Capung, jangan pergi dulu! " sambil menahan tawa.
Capung : "kok tau namaku?"
Biawak : "hah? Nebak aja"
Aneh, kok nebak tepat banget namanya.
Biawak : "tau rumah Kadal gak?"
Sebagai informasi Kadal adalah nama kakak kelasku yang rumahnya tetanggaan denganku.
Capung : "tau, rumahnya pas disebelah rumahku"
Biawak : "antarin aku kesana ya..."
Capung : "iya..."
Biawak : "Sip... Ayo naik"
Biawak menyuruh aku menaiki kenadaraannya. Aku garuk garuk kepala, aku gugup.
Biawak : "ayo naik, masa kamu jalan aku naik kendaraan"

Aku pun naik kendaraannya. Yaampun aku dibonceng sama kakak kelas yang populer di kalangan cewek sekolahku. Kalau temanku pada lihat pasti pada cemburu hahaha... Terus mantanku merasa kalah hihihi... Terus aku merasa menang dan senang hohoho... 
Biawak : "tadi kamu marah-marah dipinggir jalan, sekarang kok senyum-senyum?"
Biawak ternyata memperhatikan aku dengan melihat kaca sepion motornya yang memperlihatkan wajahku. Aduh, malunya aku, aku menghayal sampai senyum-senyum sendiri.

Capung : "Nah itu dia rumahnya!"
Aku pun turun dari kendaraan pas didepan rumahku. 
Capung : "rumah bang Kadal yang itu"
Aku menunjuk kearah sebelah rumahku, tapi Biawak tidak melihat apa yang ku tunjuk, malah melihat wajahku terus. Membuatku malu saja, wajahku pun memerah seperti tumbuh tomat dipipiku.
Biawak : "oh iya, terima kasih ya sudah kasih tunjuk rumahnya Kadal"
Capung : "iya"
Biawak : "yaudah masuk sana!"
Dia menyuruhku masuk rumahku. Aku heran kenapa dia menyuruhku masuk, kenapa dia gak langsung aja pergi kesebelah rumah. Aku sudah didalam rumah, cepat-cepat aku melihat keluar rumah dari jendela. Waktu ku lihat sudah tidak ada lagi dia, bahkan di rumah Kadal pun dia tidak ada. Anganku pun menebak-nebak, apa dia suka sama aku sengaja menanyakan alamat bang Kadal padahal mau dekatiku, akh... Mana mungkin, masih banyak stok cewek cantik dan pintar anak IPA di sekolah. Mana mungkin dia suka sama aku. Aku memukul-mukul kepalaku yang sebal dengan hayalan gak nyata itu.

***

Bersambung ke : Penggemar - Bagian 3 "Cokelat"


Penggemar - Bagian 1 "Seandainya"

Judul ceritanya saja sudah penggemar apa mungkin aku yang pendiam punya penggemar rahasia, rasanya gak mungkin ya, soalnya aku tidak begitu cantik dan tidak populer di antara teman-temanku, tapi itulah yang terjadi waktu aku SMA, aku sampai sekarang pun tak percaya dia suka memperhatikanku diam-diam.
Sewaktu aku kelas 2 SMA dan baru putus dengan pacarku karena aku masuk jurusan IPS, dia malu punya pacar anak IPS sedangkan dia anak IPA. Semenjak itu aku putuskan untuk buktikan walaupun aku anak IPS aku bisa mendapatkan rengking tinggi dan kuputuskan gak mau pacaran selama SMA mau serius belajar saja. Rasanya gak nyangka saja kami putus karena hal seperti itu, apa dia tidak lihat masa masa sebelumnya yang menyenangkan.

Sudalah masa sedihnya, untungnya kalau aku orangnya kalau disakiti membuatku semakin bersemangat mengerjakan yang lebih baik. Sewaktu pulang sekolah biasanya aku dan teman temanku berjalan sama menuju gerbang sekolah. Temanku sebut saja namanya jentik, dia memperhatikan seorang cowok yang berdiri di parkiran motor bersama teman-temannya.
Jentik : "Ca, lihat tuh kakak kelas kita di kelas IPA III-1, manisnya... "
Capung : "Halah gak minat, untuk apa mengagumi tapi tidak untuk dimiliki"
Jentik : "yaelah, mengagumi juga bisa buat hati senang"
Capung : "terus kalau dia sudah punya pacar lo akan sakit hati, padahal belum pacaran dengannya  tapi uda sakit hati dibuatnya"
Jentik : "hadooohhhh Capung... !! Lu tuh ya karena masih sakit hati sama mantanmu makanya lu takut untuk pacaran lagi"
Capung : "siapa yang takut, bukan takut tapi menghindari kejadian yang sama"
Jentik : "sama aja tuh, sini lu liat dulu kakak kelas kita, lu pasti suka juga"

Jentik memegang kepalaku, memaksaku untuk melihat kakak kelas yang dikaguminya itu, sebut saja namanya bang Biawak, "aduh... !!! aku gak mau liat... !!!" teriakku. Ya akhirnya aku menyerah dan melihat kakak kelas itu juga, dan parahnya kakak kelas itu melihat kami juga yang posisi kami tuh jentik memegang kepalaku dengan melihat ke arahnya. Parah... Dia tertawa melihat kami, hadoh malunya, kemudian jentik melepaskan tangannya dari kepalaku. 

Saat aku melihatnya tertawa kelihatan manis dan fresh gitu, pantasan saja dia populer di kalangan cewek. Dalam hatiku berharap "seandainya dia jadi pacarku, pasti mantanku merasa kalah karena aku dapat cowok yang lebih manis dibandingkannya hahaha... Secara mantanku dengan waktu singkat sudah dapat penggantiku anak IPA juga, haduh malunya aku punya mantan seperti dia tidak berperasaan". 
Jentik : "Nah !!! Ketauan kan lu menghayal, suka juga lu kan hahaha..."
Jentik mengejekku dan mengelus-elus kepalaku.

***

Bersambung ke : Penggemar - Bagian 2 "Tanya Alamat"