Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 April 2014

Perjuangan Mimi 5 - Kerjasama

Mimi dan Yuka bersama di cafe kampus. Mereka berdua berdiskusi untuk mengerjakan program keuangan. Yuka menerangkan sistem keuangan yang akan dibuat program. Sesekali Mimi tidak mengerti istilah-istilah akuntansi yang di sebutkan Yuka. Disitulah yang Yuka malas menerangkannya lagi, jadi setiap kali mimi bertanya tentang istilah akuntansi yang disebutkan Yuka, Yuka geram melihat Mimi dan menyelentikan kupingnya Mimi.

Mimi : "Aduuhhh... Judes banget sih..."
Yuka : "Kemaren uda aku terangi apa itu Neraca, ini malah nanyak lagi HA!"
Mimi : "ya maaf aku kan pelupa"
Yuka : "uda kayak nenek-nenek aja"
Mimi : "aku juga gak tau kenapa aku suka pelupa, aku kadang lupa nama orang"
Yuka : "eh, jangan-jangan kamu juga lupa nama aku...!"
Mimi : "hehehe... tenang, uda aku catat nama kamu di catatan HP-ku, jadi sebelum bertemu dengan kamu aku lihat dulu nama kamu di catatan HP-ku"
Yuka : "is is... parah kamu, jangan-jangan nama sodara kandungmu pun gak ingat..?"
Mimi : "eits, gak separah itu juga, aku dan sodauraku kan sudah dari lahir tinggal bersama, pastinya ingatlah"
Yuka : "hahaha... kirain, ohya, aku perhatikan kamu sering sekali ke kampus berpakaian menggunakan jaket atau sweater, ini kan gak musim hujan, apa gak kepanasan?"
Mimi : "ah itu, gimana neranginnya ya... uda kebiasaan kali ya jadi gak merasa panas"
Yuka : "gak risih gitu?"
Mimi : "aku malah nyaman, aku suka berpakaian yang size-nya lebih besar dari badanku, aku risih klo bajuku ketat-ketat"
Yuka : "Ya... jangan terlalu ketat juga kali, sedang saja, kalau kamu itu terlalu kebesaran tau..."
Mimi : "Yaampun cewek ini suka sekali memperhatikan fashion"
Yuka : "HE... kamu cewek juga kale..."
Yuka mencubit pipinya Mimi saking geramnya.

***

Mimi mulai membuat program keuangan dengan mengetikkan kode-kode program komputer di laptopnya.
Gayanya Mimi kalau sedang mengerjakan pemrograman yaitu kaki kiri seperti menjahit, goyang terus kakinya dan mata fokus pada laptopnya, terkadangan mengerutkan keningnya dan terkadang tersenyum sendiri, aneh deh pokoknya. Yuka yang ada disampingnya pun memperhatikan tingkah Mimi yang aneh, dia lihat dari ujung kaki yang bergoyang, sampai tangan yang mengetik tanpa henti dan kadang mouse laptopnya gak pernah digunakan Mimi, kemudian dilihatnya ekspresi wajah Mimi dan sesekali melihat layar laptop Mimi, Yuka merengutkan keninggnya karena hanya melihat kode-kode pemrograman yang gak dimengertinya. Yuka bingung kenapa Mimi melihat kode-kode program itu ekspresinya bisa berubah dari kerut kening kemudian senyum kembali, begitu terus menerus.

Sudah satu bulan mereka mengerjakan program keuangan itu bersama-sama. Yuka pun sudah terbiasa dengan tingkah aneh Mimi dan Mimi sudah terbiasa dengan sikap Yuka yang kadang pura-pura lembut padahal galak.

Seperti biasa Mimi dan Yuka mengerjakan program akuntansi di Cafe kampus. Mimi mengerjakan program akuntansi yang sudah mau selesai di laptopnya. Dari belakang tempat duduk Mimi ada seseorang yang memperhatikan apa yang dikerjakan Mimi. Yuka melihatnya, kemudian menyenggol tangan Mimi untuk memberi tahu kalau ada orang dibelakang dia. Berbalik Mimi melihat siapa yang ada dibelakangnya. Ternyata seorang cowok yang pandangannya melihat laptop Mimi.

Cowok itu adalah Junga, Junga memegang mouse laptop Mimi, dan melihat-lihat tampilan program akuntansi Mimi. Posisi Mimi jadi terimpit oleh badan Junga yang dibelakang mimi, Mimi mencoba menghindar dari Junga. Junga kemudian tersenyum kecil seperti menganggap remeh saat melihat program akuntansi Mimi.
MImi : "HE... Apaan ini?! sembarangan melihat laptop orang!"
Junga : "Kamu yang buat program ini?"
Mimi : "IYA, Kenapa?!"
Junga : "program ini bisa aku bobol dengan waktu 5 menit"
Mimi terbengong mendengar kata-kata junga.Mimi menggempalkan tanganya dan melihat Junga dengan sinis.
Mimi : "jadi kamu mau bilang, kalau programku ini tidak bagus dan mudah di hack?"
Junga : "ya... bisa dibilang begitu"
Mimi : "HE, ngerjakan program ini susah, memang kamu bisa mengerjakan program seperti ini dengan lebih bagus?!"
Junga tidak menjawab pertanyaan Mimi, Junga malah berjalan pergi meninggalkan Mimi.

Mimi : "Aiss... MENYEBALKAN!!"
Yuka : "sabar Mimi... tapi Junga cool juga ya... sayang aku uda punya calon suami hehehe"
Mimi : "Ai, Yuka kok malah mengagumi cowok seperti itu sih, cool apanya? omong besar tuh orang"
Yuka : "Cowok itu namanya Junga, dia memang hacker yang jago, dia anak Teknik Informasi komputer, kamu  pernah lihat website kampus waktu tiga bulan yang lalu?"
 Mimi : "enggak, kenapa?"
Yuka : "website kampus dibuat halaman depannya gambar sinchan yang sedang bergoyang, dia dipanggil kepala Yayasan kampus karena dituduh kalau itu dia yang mengganti halaman depan website kampus, tapi Yayasan tidak ada bukti untuk tuduhan itu, jadi dia terbebaskan dari hukuman, semua orang sudah bisa menebak kalau itu kerjaan dia, dia itu hacker yang jago tanpa meninggalkan jejak, banyak lagi perbuatan dia yang mengganggu, ada juga tuh semua komputer yang berada di Lab. komputer tiba-tiba muncul gambar hantu yang seram, semua yang sedang belajar praktek komputer pada kaget, cuman dia yang tertawa, masih banyak keisengan yang dibuatnya"
Mimi : "Hmmm... mungkin dia hanya bisa menghancurkan program komputer tapi tidak bisa membangun program komputer, tapi... kalau dia tau kelemahan-kelemahan program kita, pasti dia tau juga bagaimana agar menutupi keleman-kelemahan program komputer agar tidak bisa di Hack"


Mimi mendapat ide yang bagus, tersenyum dia sendiri.
Yuka : "woy woy... membayangkan apa kamu? senyum-senyum sendiri"
Mimi : "hehehe... bagaimana kalau kita ajak dia bergabung untuk menyelesaikan program ini, jadi program kita itu tahan banting, tidak mudah bocor"
Mimi merangkul Yuka sambil mengerlingkan matanya. Yuka malah melepaskan tangan Mimi.
Yuka : "HA...kamu yakin?! dia itu suka iseng, suka tidur, pelit minta bantuannya harus pakai uang, tapi... Junga orangnya kren juga sih... okelah kalau gitu..."
Mimi : "Ais... cewek ini.."
Mimi menggelengkan kepalanya melihat Yuka.
Mimi : "inget calon suamimu... ohya, kamu mau nikah? kok sudah ada calon suami?"
Yuka : "iya, dua bulan lagi insyallah kami menikah"
Mimi : "wes... selamatlah kalau begitu"
Yuka : "iya makasih, doain ya..."
Mimi : "iya aku doain semoga semua urusan dilancarkan, amin"
Yuka : "amin"

***

Bersambung.....

Senin, 24 Maret 2014

Perjuangan Mimi 4 - Si lembut yang galak

Mimi berdiri di depan gedung kampus jurusan Akuntansi. Angin dan daun-daun seakan terbang disekitarnya, dia berdiri tegap seakaan menyongsong masa depan yang lebih cerah.
"ini langkah awalku untuk merubah masa depanku yang lebih cerah, aku akan menjadi kaya HAHAHA..." gumamnya dalam hati sambil memperagakan gaya pahlawan bertopeng sincan tertawa, mulai deh anehnya hehehe.

Tiba-tiba ada yang menempeleng kepala mimi dari belakang.
"Aduuuh... Aishh " mimi mengelus kepalanya dan berbalik badan.
"Eh, si cewek aneh ternyata" ujar seorang cewek yang dandannya perfect, dandanan seorang seorang pelajar banget, cewek ini bernama Yuka.
"cewek aneh?!"
"cewek yang tingkahnya aneh yang suka ada di cafe kampuskan..."
"ha... terkenal juga aku ya..." kata mimi tersenyum sambil menggaruk kepala.
Yuka terbengong melihat reaksi mimi yang bukannya marah tapi malah tersenyum. Yuka bergegas pergi dari hadapan mimi.

"Eits.. tunggu tunggu!" mimi merentang tangannya, menghalangi Yuka berjalan.
"APA?!" Yuka berteriak karena kesal, tapi kemudian yuka melihat kanan kiri dan bersikap lembut lagi manahan emosinya. Yuka cewek yang penampilannya lembut tapi dalamnya galak.
"t t tadi kenapa menempelengku?" kata mimi agak gugup karena takut Yuka berteriak lagi.
"hei, liatlah posisi kamu berdiri sayang..." Yuka berlagak lembut tapi menahan emosi.
Mimi melihat sekitar dimana dia berdiri, ternyata dia berdiri ditengah pintu masuk gedung. Menyadari itu Mimi tersenyum lagi melihat Yuka.
"kamu menghalangi jalanku dan apa tuh... gini gini... aneh tau gak!" kata Yuka sambil memperagakan ketawa ala pahlawan bertopeng sincan.
"hihihi... lucu ya..." mimi malah tertawa melihat tingkah yuka.
"Aish... Kau ini!!" Yuka kelihatan kesal sekali sambil menggumpalkan tangannya, seakan mau memukul mimi.
"Ai.. Ai.. m m maaf, s s sabar.." kata mimi gugup lagi.

Yuka mengambil nafas yang dalam dan mengeluarkannya, dia mencoba menahan emosinya, tapi matanya masih melotot melihat Mimi. Mimi kelihatan takut melihat wajah Yuka. Yuka mengmbil ancang-ancang meninggalkan mimi, tapi lagi-lagi dihalangi mimi lagi.
"Apa lagi?" yuka mencoba menahan emosinya, tapi dari matanya kelihatan bahwasannya dia marah sekali dihalangin jalannya.
"mmmaaf, mau nannyak di sni mahasiswa/i yang berprestasi siapa dan dari kelas mana ya?" tanya mimi.
"Aku... dari kelas AK-1, ada apa ya...?" kata yuka, sikap dan mimik yuka langsung berubah 80 derajat dari galak hingga lembut dan manis.
Mimi terbengong melihat perubahan sikap Yuka.
"HEY... kamu gak percaya?" kata yuka.
"Pppercaya... perkenalkan nama aku Mimi" mimi mengulurkan tangannya ingin bersalaman.
"Nama saya Yuka, ada apa ya...?" yuka menyambut salam mimi.
"Gini, aku kan lagi buat program komputer mengenai keuangan, tapi aku belum tau sistem keuangan itu seperti apa... jadi aku mau minta tolong ke kamu untuk menjelaskan sistem keuangan yang ada di perkantoran" penjelasan mimi.
"hmm... upahnya apa?"
"minum di cafe kampus"
"he, maaf aku gak ada waktu" kata yuka sambil berjalan meninggalkan mimi.
Tapi mimi masih terus mengikuti Yuka sambil memohon.
"ayolah... tolong aku Yuka, nanti kalau programnya sudah terjual aku kasih upah deh..."
Tiba-tiba Yuka berhenti berjalan. Mimi takut kalau Yuka akan marah lagi karena mengganggunya.
"Programnya akan dijual? bukan untuk tugas kampusmu?" tanya yuka.
"iya, untuk dijual"
"baiklah, aku dapat 35%  kalau programnya terjual" kata Yuka.
"oke, aku setuju, besok aku temui kamu lagi di sini" pinta mimi.
"Eh Eh, siapa kamu yang mau mengatur Yuka? Besok kita bertemu di cafe kampus jam 12 siang, oke!" Yuka bergegas berjalan menuju kelasnya.
"OKE OKE!" teriak mimi.

***

Bersambung....

Minggu, 23 Maret 2014

Perjuangan Mimi 3 - Selanjutnya

Email baru masuk, dibuka Mimi email itu.
Dear Mimi,
Setelah saya pelajari Manual Book dari program SDM yang dibuat, saya sangat puas dengan program SDM yang Mimi buat. Sesuai dengan pesan kami yaitu:
  1. Bisa menginput data pegawai dan menyimpan scan data pegawai.
  2. Otomatis diberitahukan setahun sebelum pegawai pensiun.
  3. Otomatis diberi output keluaran gaji berdasarkan golongan masing-masing pegawai.
  4. Pegawai yang banyak mangkir otomatis dibertahukan di dinding home bahwasannya pegawai tersebut harus diberikan surat peringatan.
  5. Dibetitahukan kalau ada waktu perjalanan dinas yang double.
  6. Pencarian data pegawai yang cepat.
  7. Menghitung jumlah pengeluaran untuk lembur dan berdasarkan golongan masing-masing karyawan.
  8. Menghitung cuti karyawan, bila ada yang melewati batas waktu yang telah ditentukan akan ditampilkan larangan cuti.
  9. Mengevaluasi kinerja, merekrut dan menampilkan struktur organisasi
  10. menampilkan profil masing-masing karyawan dan bisa mengupload dan mendownload file scan ijazah, kartu keluarga, dll.
      Kami sangat puas dengan aplikasi program yang Anda buat dengan penawaran harga yang ekonomis dan penyelesaian program yang cepat dari waktu yang telah disepakati. Saya sangat setuju untuk harga yang  Anda berikan, saya tidak akan menawar lagi. Bisa kami langsung transferkan uangnya segera pada Anda. Bisakah Mimi mengirimkan nomor rekeningnya agar kami kirimkan uangnya segera. Untuk alamat perusahaan kami yaitu:
  Jl. Melati kembang No. 1
  Medan 21523
  Telp: 2121515
 Terima kasih atas kerjasamanya yang baik.
Salam,
Rudi 

Setelah Mimi membaca email itu, Mimi senangnya buakan main. Dia mengangkat tangannya dan berkata "YEAHHH.... !!!" dengan suara yang kuat. Semua orang yang disekitarnya pada melihatnya, tapi dia tidak peduli. Mimi sangat senang sekali. Segera Mimi mengirimkan email balasan kepada Rudi memberitahukan nomor rekening Mimi. Selanjutnya Mimi pergi dari tempat duduknya, sambil melihat Hp-nya, menunggu SMS dari bank bahwasannya uang transferan dari Rudi sudah masuk.

Ada seorang cowok yang berdiri didekat cafe, cowok itu yang hampir jatuh mengenai Mimi tadi, cowok itu bernama Junga. Mimi tidak sadar berjalan menuju Junga, karena mimi masih melihat ke HPnya. Junga melihatnya terus, memperhatikan tingkah Mimi sedari tadi. Mimi terus berjalan dan pas didepan Junga, Mimi berhenti. Mimi berhenti karena Hp-nya berbunyi. Cepat-cepat mimi membuka sms masuk itu dan melihat isi sms yang memberitahukan ada transfer masuk sebesar Rp. 4.000.000,-. Mimi menunjukkan ekspresi terkejut dan senang, sambil meoloncat-loncat kecil. Junga tersenyum melihat tingkah Mimi. Mimi menyadari ada orang di depannya langsung berbelok menghindari Junga dan berlari. Mimi mau segera mengirimkan CD aplikasi program SDM dan Manual Book yang telah di cetaknya ke alamat perusahaan Rudi bekerja.

***

Akhirnya Aplikasi SDM sudah selesai dan mimi sudah mendapat upahnya. Uang tersebut digunakan Mimi untuk membeli Laptop baru dan sisa uangnya diberikannya pada kedua orangtuanya.

Mimi duduk di Cafe kampus sambil menyeruput capuccino dingin, didepannya ada laptopnya yang baru. Dia membuka blognya yang sudah lama tidak pernah dibukanya sebulanan yang lalu. Mulai dia mengupdate tulisan mengenai pemrograman komputer. Mimi melamun di depan laptopnya.
"laptop sudah ada, apa aku buat saja di blog aku menerima pesanan program komputer? tapi... aku takut nanti ada pesanan program yang susah, malu donk bila menolaknya padahal sudah buat menerima pesanan program, memang menerima pesanan program harus modal nekat, kalau gak nekat gak akan berani mencoba. Atau... aku buat dulu berbagai macam program, jadi kalau ada yang pesan tinggal ubah sedikit-sedikit saja sesuai pesanan sistem dari pemesan. Yach... ide yang bagus.... hahaha..."
Tingkah mimi memang sungguh aneh, dia punya dunia sendiri tidak peduli dengan pandangan orang lain tentang dia. Saat dia tertawa dalam hati, mulutnya pun meragakan tertawanya tapi tidak keluar suara tawanya. Orang disekitarnya tercengang-cengang melihat tingkahnya.
Ide bagus baru saja didapatnya. Di bukanya Ms. Office Word di laptopnya, dibuatnya list rencana program komputer yang mau dibuat.
Rencana pembuatan program untuk perkantoran:
  1. Program Keuangan
  2. Program Pemasaran
  3. Program Proyek Arsitektur
  4. Website Penjulan Barang
  5. Website Profil
"Hmm.... lima dulu cukup kali ya... setiap program diberi satu bulan paling cepat pengerjaannya, tapi... bagaimana tau sistem yang akan dibuat untuk program ini, aku kan gak ahli dibidang akutansi dan bidang lainnya, yang aku tau cuman membuat program komputer. Hmmm...." Mimi mengetuk-ngetuk jari tangannya ke meja.
"AHA... gini aja, aku akan cari tau info tentang mahasiswa/i yang berprestasi dibidang program yang aku buat. Misalnya kalau mau buat program keuangan, aku tinggal cari mahasiswa/i yang berprestasi di jurusan Akuntansi. Aku bisa minta tolong mereka selama sebulan untuk memberikan informasi sistem keuangan itu seperti apa. Ya.. Ya... Ya..."
 
Mimi bersemangat untuk memulai membangun beberapa program komputer. Ini adalah tantangan buat mimi, tantangan yang menggali kemampuannya dan menambah ilmu untuknya dan juga membuat puas dan bangga pada dirinya bila program selesai dibuat.

***

Bersambung.....


Selasa, 18 Maret 2014

Perjuangan Mimi 2 - Tantangan Yang Menambah Ilmu

Setiap harinya Mimi berjuang menyelesaikan program SDM tersebut. Walaupun dia ingin sekali cepat menyelesaikan program tersebut tapi dia tidak sesekali meninggalkan mata kuliahnya, walaupun dia sering terlambat karena lupa waktu, keasyikan mengetikkan kode-kode program di komputer. Di hari libur dia pergi ke warnet untuk menyelesikan program tersebut. Dia selalu mencarat biaya yang keluar untuk membuat program tersebut. Sebelumnya dia sudah meminta izin pada pemilik warnet untuk menginstal software VB.Net untuk membuat program SDM.

Ada yang dia tidak mengerti atau ada yang kurang dalam sistem SDM yang diberikan Rudi, dia menelepon Rudi untuk bertanya. Rudi menjelaskan panjang lebar dan mimi mencatat apa yang dijelaskan Rudi, tapi Mimi tau inti dari penjelasan yang berputar-putar itu. Biaya nelepon pun dicatatnya di buku kecil khusus mencatat biaya yang dikeluarkannya dalam membuat program SDM. setiap minggunya dari pagi sampai malam Mimi di warnet menyelesaikan program SDM itu. Kadang sampai tidak ingat makan, kalau lapar makan roti saja karna dia takut lupa rumus-rumus yang mengalir terus menerus diotaknya. Dia terus bereksperimen dnegan rumus-rumus, kalau tidak bisa pakai rumus yang ini dia mencari rumus lain. Bukunya adalah internet, dia mau cari menampilkan dan menghasilkan input dan output yang mudah untuk pengguna menjalankan program. Dia berpikir kalau pengguna programnya belum tentu mahir banget di komputer makanya dia membuat program yang gampang dijalankan pengguna program. Nah... untuk membuat program yang tampilan inputnya yang simpel dan menghasilkan output yang canggih dan lengkap sesuai keinginan pengguna itu yang susah.

Sesekali dia kehabisan ide untuk menyelesaikan suatu masalah pada programnya yang error. Saat suntuk seperti itu dia jadi malas mengerjakan programnya. berjalan dia sebentar mencari udara segar.

Sebulan sudah berlalu, akhirnya program SDM yang dibuat Mimi sudah selesai. Dia juga kaget hanya butuh waktu sebulan untuk menyelesaikannnya.

***

Mimi memberanikan diri ke kantor dosen, untuk menjumpai dosen yang mengajarkan bahasa pemrograman VB.Net. Bahasa pemrograman tersebut yang digunakannya untuk membuat program SDM.
"Selamat pagi Pak" sapa Mimi yang berdiri didepan meja dosennya yang bernama Bapak Jhon.
"Pagi, ada apa mimi?" tanya Pak Jhon.
"Bapak lagi sibuk tidak? saya mau minta waktu bapak sebentar"
"Gak lagi sibuk, silahkan" pak Jhon menyilahkan Mimi duduk.
"Pak saya mau nunjukkan suatu program, saya mau minta tolong sama bapak, bisa tidak bapak menilai program SDM ini?" Mimi memberikan flasdisknya.
"boleh" Pak Jhon pun mengambil flasdisk Mimi dan mencolokkan flasdisk itu di komputernya, kemudian menjalankan program SDM.
"ini kamu yang buat mimi?" tanya pak Jhon.
"iya pak, tapi maaf pak bukannya saya mau pamer karena bisa membuat program ini, tapi saya mau minta pendapat bapak mengenai program ini, apa masih ada yang salah atau ada yang kurang" kata Mimi.
Pak John mulai menginput di program tersebut dan melihat outputnya, kemudian melihat kode-kode programnya.
"Sebagian dari program ini banyak yang belum saya ajarin di kelas tapi kamu sudah bisa menggunakannya" kata pak Jhon sambil tersenyum pada Mimi.
"saya belajar dari internet pak" Mimi pun tersenyum.
"Sebenarnya program ini sudah bagus dan informasi yang dikeluarkan juga sudah bagus. tapi di program ini belum ada security untuk keamanan data yang disimpan" penjelasan pak Jhon.
"Oo.. gitu ya pak" kata mimi.
"suatu program itu harus ada security untuk menjaga informasi atau data yang disimpan agar data tersebut tidak bocor pada orang iseng atau sengaja membocorkan informasi suatu perusahaan yang menggunakan program tersebut, Okeh saya ajarin membuat security yang aman" kata pak Jhon sambil mengetikkan kode-kode pemrograman di program SDM tersebut.

Mimi memperhatikan ke layar laptop  Pak Jhon yang sedang menambahkan kode-kode program security di program SDM. Pak Jhon mengetik dambil menjelaskan kepada mimi apa fungsi dan keguanaan kode-kode yang dia ketikkan. Selesai sudah Pak Jhon membuat security di program SDM itu. Hanya butuh waktu sebentar bila Pak Jhon yang mengerjakannya. Ditunjukkannya pada Mimi cara menjalankannya, Mimi sangat puas dengan hasilnya.

"Terima kasih pak sudah membantu saya, saya tidak tau pada siapa lagi saya harus berkonsultasi tentang program ini selain kepada bapak yang mengerti pemrograman" kata Mimi.
"iya, sudah sepantasnya saya mengajar muridnya agar jago dibidang yang saya ajarkan, ohya, saya tidak ada memberikan tugas seperti ini, untuk apa program SDM ini mimi?" tanya pak Jhon.
"Sebenarnya sebulan yang lalu ada email dari pembaca blog saya yang mau memesan program SDM pada saya pak, karena saya belum pernah meneerima pesanan program seperti ini saya diberi waktu 3 bulan untuk menyelesaikannya, tapi ternyata satu bulan saja program ini sudah selesai dibuat, setelah membuat program ini saya menyadari bahwa mengerjakan program komputer itu sebuah tantangan yang seiring penyelesaiannya menambah ilmu bagi pembuatnya" penjelasan Mimi.
"iya, seperti itulah, setiap pesanan program komputer berbeda sistem yang digunakan jadi kita punya tantangan untuk menyelesaikannnya dan selalu mencari tau rumus dan kode-kode agar output yang dihasilkan sesuai dengan permintaan, saya juga menerima pesanan program komputer, itu penghasilan tambahan saya, hebat kamu Mimi sudah berani menerima tantangan ini" kata pak jhon.
"terima kasih Pak, ohya pak, bapak kan sudah berpengalaman membuat pesanan program, Bapak biasanya jual program seperti yang saya buat ini dengan harga berapa?".
"Kamu buatnya untuk suatu perusahaankan? bukan untuk orang untuk menyelesaikan tugas akhirnya kan?" tanya pak Jhon.
"untuk perusahaan pak" jawab Mimi.
"kira-kira harganya delapan juta" kata pak Jhon.

Mimi terkejut mendengar harganya yang begitu mahal. Wajah Mimi menjadi terbengong setelah mendengar harga program SDM yang dibuatnya.
"hahaha... kenapa terkejut begitu mukanya? itu program pesanan sesuai dengan permintaan perusahaannya, lagian harga segitu untuk suatu perusahaan bukan berarti apa-apa untuk membantu pekerjaan mereka lebih praktis dan hemat waktu, program itu digunakan dalam jangka waktu yang lama" kata pak Jhon sambil tersenyum.
"Ta tapi, modalnya cuman 150 ribu untuk pulsa dan uang ke warnet" kata Mimi.
"Warnet? kamu gak ada laptop atau komputer di rumah?" tanya pak Jhon yang bingung.
"hehehe... gak ada pak, kadang saya ngerjainnya di komputer cafe kampus ini pak" kata mimi sambil menggaruk-garuk kepala karena malu.
"uang kerja part time saya belum cukup untuk beli laptop, mungkin dari penjualan program ini saya bisa beli pak" penjelasan Mimi.
"pekerja keras ternyat Mimi ini y... kembangkan kemampuan kamu di pemograman komputer ya, karena dari sini kamu bisa menghasilkan uang, tanpa modal banyak, tapi perlu ilmu yang banyak, karena ilmu mahal harganya, oke..." kata pak Jhon sambil memberikan flasdisk Mimi.
"terima kasih pak, saya akan berusaha pak" Mimi bersalaman dengan pak Jhon.

***

Di Cafe kampus, di depan komputer mimi mengetik sebuah email untuk Rudi. Dia masih ragu memberikan harga, karena ini pesanan program pertama kali baginya, dia mau memberikan harga murah saja. Sebelum mengirimkan email dia search di Google harga laptop.
"harga laptop yang baru, murah dan bagus harganya 3.5 juta, apa aku kasih harga programnya 4 juta saja ya... nanti kemahalan pula, atau pas 3.5 juta... atau 3.8 juta aduh tanggung bagusan 4 juta saja... baiklah 4 juta saja, sisa uangnya bisa ditabung" kata mimi dalam hati.


Mimi mengetikkan emailnya.

Dear Rudi,
    Program SDM yang Rudi minta sudah saya selesaikan. Saya juga membuat Manual Book untuk menjalankan program ini (terlampir). Pengiriman Software Program SDM yang saya simpan didalam CD bisa saya antar lewat Pos beserta cetakan Manual Book-nya. Untuk itu saya meminta dikirmkan Alamat perusahaan Anda agar saya bisa mengirimkan programnya. Saya juga mengirimkan Surat Penawaran Harga Program SDM (terlampir). Harga yang saya cantumkan Rp. 4.000.000,-.
    Bila ada perubahan penawaran harga, agar segera kirimkan ke saya. Pengiriman Program SDM akan dilakukan setelah Anda setuju dengan harga program dan sudah mentransfernya.
   Terima kasih atas kerja samanya yang baik.
Salam,
Mimi

Mimi masih ragu mengklik tombol Send untuk mengirim email. Dia masih gak nyangka dari program yang dibuatnya bisa menghasilkan uang.
Dari belakang tempat duduknya ada empat orang cowok yang sedang bercanda sambil tertawa-tawa. Satu cowok menolak kawannya sampai menyenggol tangan Mimi sehingga mimi tak sengaja terklik tombol Send dan badan si cowok tersungkur hampir mengenai punggung Mimi. Mimi yang terbengong karena emailnya sudah terkirim tidak menyadari ada seorang cowok dibelakangnya dan wajahnya sejajar dengan wajah mimi. Cowok itu melihat wajah Mimi yang bertampang serius melihat komputernya. Cowok itu cepat-cepat berdiri. "Maaf Maaf, aku tadi ditolak temanku" kata cowok itu, tapi Mimi tidak merespon permintaan maaf cowok itu, dia masih serius melihat komputernya menunggu jawaban email dari Rudi. Cowok itu memandangi Mimi terus dan kemudian tertawa kecil melihat ekspresi wajah Mimi yang begitu serius. Dilihat cowok itu komputer yang dipandangi Mimi dari belakang Mimi. "Woy... Jung, Ayokk...!!" panggil teman-teman cowok itu. Kemudian cowok tersebut pergi menyusul teman-temannya yang memanggilnya.

***

Makin seru nih... Akankah Rudi menerima harga penawaran dari Mimi? akankah Mimi benar-benar mendapatkan 4 juta itu? Baca kelanjutan ceritanya ya... ^_~





Perjuangan Mimi 1 - Bukan Seorang Programer

Cerita ini tentang seorang cewek yang bernama Mimi. Mimi seorang mahasiswi jurusan sistem informasi di salah satu kampus internasional. Sehari-hari aktivitasnya pada pagi hari kuliah, pulang kuliah menjadi pelayan di toko Roti sampai malam hari. Dia membiayai kuliahnya dari hasil kerjanya. Ortunya tidak bisa membiayai kuliahnya karena dia memiliki 3 adik yang masih duduk disekolah dasar dan SMA.

Mimi duduk di Cafe, dia sibuk mengetik di komputer yang di sediakan kampus untuk umum. Dia membuka blognya dan mengupdate ilmu komputer yang didapatnya dari dosennya tadi. Dia suka berbagi ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan dosennya dikampus, dengan begitu dia bisa mengingat kembali apa yang diajarkan tadi.

Mimi melihat emailnya, ada email masuk dari pembaca bloknya, Isinya :
Dear Blog Mimi,
    Perkenalkan saya Rudi, saya karyawan di PT. Karya Bina, saya di bidang SDM-nya, Kami lagi mencari program SDM yang sesuai dengan keinginan kami, ada beberapa program SDM yang dijual tapi sistemnya tidak sesuai dengan keinginan kami, banyak yang dijual itu programnya rumit. Bisa tidak saya memesan program dengan Anda? tapi bisa tidak harganya lebih ekonomis, kami sudah pernah menanyakan harga program sesuai dengan pesanan tapi sangat mahal bisa sampai puluhan juta. Saya harap bisa memesan program pada Anda dengan harga ekonomis dan program sesuai dengan keinginan kami.
   Terima kasih atas perhatiannnya.
Salam,
Rudi

Mimi kaget dapat email pesanan program dari pembacanya. Mimi belum pernah menyelesaikan program pesanan, apalagi program yang skala besar, dia hanya bisa mengerjakan tugas-tugas dari dosen yang tampilan program dan sistem program yang masih sederhana.
"aku harus coba buat program ini, untuk apa aku sekolah jurusan komputer kalau tidak bisa membuat program, mungkin ini peluang utamaku untuk menghasilkan uang dari ilmu pengetahuan yang aku terima selama ini" kata mimi dalam hati.

Di kliknya balas pada emailnya.
 Dear Rudi,
    Sebelumnya terima kasih telah menjadi pembaca di blog saya. Sebenarnya saya belum pernah menerima pesanan program, ini pertama kalinya bagi saya. Saya akan terima pesanan Anda, tapi saya minta waktu 3 bulan untuk penyelesaian program SDM tersebut. Bila Anda setuju Anda bisa mengirimkan file sistem SDM yang dijalankan oleh perusahaan Anda. Untuk harga saya bisa tentukan bila program sudah selesai saya buat, saya pastikan harganya lebih ekonomis.
Salam,
Blog Mimi

Tidak lama kemudian Rudi membalas email dari mimi.
Terima kasih, sudah menerima pesanan program saya. Saya setuju untuk pengerjaan program selama 3 bulan, program ini juga tidak diburu untuk penggunaannya. berikut saya lampirkan file sistem SDM perusahaan kami. Bila ada yang tidak jelas dalam sistem yang saya kirimkan, Anda bisa menghubungi saya di Hp:082565xxxxx. Terima kasih atas bantuannya.

Mimi pun mendownload file sistem SDM yang dikirim Rudi. Dia membaca dan memperhatikan sistem SDM tersebut. Di dalam otaknya sudah terbayang kode-kode program apa saja yang akan digunakannya dalam program ini. Kemudian dia segera menyimpan file itu di flasdisknya dan mencetaknya.

***

Mimi mengayuh sepedanya menuju rumah, mimi baru saja pulang dari tempat dia bekerja. Waktu di jam tangannya menunjukkan jam 9 malam. Mimi berpikir sepanjang jalan.
"bagaimana aku bisa menyelesaikan pesanan program SDM, laptop saja tidak punya apalagi komputer di rmh tidak ada, biasanya aku menyelesaikan tugas-tugasku dari dosen menggunakan komputer di lab. komputer kampus, disitu dikasi tugas, waktu itu juga aku mengerjakannya, mungkin aku harus mencuri-curi waktu senggang disela menunggu mata kuliah, okelah kalau begitu... waktu pengerjaannya pun masih banyak 3 bulan, SEMANGAT MIMI..." kata mimi dalam hati.

Sesampainya di rumah Mimi membersihkan tubuhnya dan kemudian menuju kamar tidurnya. Dia terlentang diatas tempat tidur, rasanya sulit matanya terpejam untuk tidur. Didalam hatinya rasanya ada tanggung jawab yang harus cepat di selesaikan. Terbangun dia bergegas mengambil tas dan mengambil kertas yang berisi Sistem SDM yang mau dibuatkan program. Di bacanya lagi file itu, sepertinya dia tidak sabar untuk menyelesaikan program ini di komputer. Sudah terbayang dia apa saja yang perlu dibuatnya.

Diambilnya buku tulis dan ballpointnya, ditulisnya struktur database yang mau dibuatnya dan kode-kode bahasa pemrogram untuk membuat proses dan tampilan program. Dibukanya buku-buku bahasa pemrogram yang bisa jadi refrensi dalam membuat program tersebut.

"coba saja kode-kode pemrograman ini  langsung diketikkan di komputer jadi aku bisa melihat hasil yang aku kerjakan sekarang, apakah priogram ini bisa jalan atau error" kata mimi.dengan wajah lesu.




***

Mimi berangkat ke kampus pagi sekali. Dia langsung menuju Lab. komputer di kampusnya. Tapi sayang sekali ruang Lab komputer masih terkunci. Teringat dia kalau di Cafe kampus menyediakan beberapa komputer dan tersambung internet juga. lari dia menuju cafe kampusnya. Langsung dia menyalakan komputer itu, dibukanya catatan yang dibuatnya semalam. Dengan ketikan cepat dan wajah yang serius di depan komputer dia mengerjakan program itu. Sesekali program mengalami error, dengan serius dia mencari kode mana yang salah dan kadang hasil dari script yang dibuatnya tidak sesuai dengan tampilan hasil yang dia inginkan. Jarinya mengetuk-ngetuk mose, dia berfikir bagamana caranya agar dia membuat rumus agar hasilnya sesuai dengan keinginannya. Di browsernya di internet untuk mencari cara penyelesaian permasalahannya di program tersebut. Mimi terlihat kesal karena internetnya lambat sekali, sedangkan dia tidak punya banyak waktu, saking kesalnya dia menggaruk-garuk kepalanya (bukan karena ketombe loh... tapi karena kesal hehehe...).


Dilihatnya jam di komputernya, waktu sudah menunjukkan jam 8.10 wib. Mimi terkejut, dia terlambat 10 menit masuk kelas. Langsung di save-nya file-file pemrograman dia di flasdisknya. Segera berlari dia menuju kelas.

***

Apakah mimi sanggup menyelesaikan pemrograman SDM pesanan itu? Atau mimi menyerah karena keadaan? Nah.. baca kelanjutan ceritanya ya.... ^_~






Rabu, 20 November 2013

Umi Seorang Progremer - Part 2

Aisya selalu berdoa meminta dalam sholat agar dipertemukan dengan jodohnya yang sebenarnya. Sampai akhirnya dia di pertemukan dengan seorang cowok, dijodohkan dengan atasan di kantornya yang bernama ibu Ningsih. Aisya dan cowok itu berkenalan lewat alat telekomunikasi yaitu handphone. Berkenalan dengan saling mengirim sms dan Line. Mereka tidak saling tau wajah masing-masing, mereka saling percaya dengan yang menjodohkan mereka karena ibu Ningsi orangnya terkenal baik dan lembut, pastinya ibu Ningsi memberikan mereka jodoh yang baik.Dari perkenalan itu Aisya tau bahwa nama cowok itu adalah Azmi, bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor bangunan, Azmi dibidang disain bangunannya.Asyah dan Azmi beda 4 tahun jadi aisyah memanggil Azmi dengan sebutan Abang. Azmi sangatlah sopan dalam berkomunikasi, dia lebih sering menasehati Aisyah. Dia juga tidak menuntut untuk melihat foto atau berjumpa di tempat lain, Azmi sepertinya menilai Aisya dari perkataannya saja.

Saat perkenalan lewat telekomunikasi Line dan sms, ternyata mereka merasa cocok. Akhirnya Azmi sendiri memberanikan diri mendatangin rumah Aisya, bermaksud berkenalan dengan orang tua Aisyah. Azmi bertemu dengan orang tua Aisya dan saling berkenalan dan mengobrol. Aisya duduk ruang tamu itu juga dengan jantung yang deg-deg kan. Azmi memberanikan diri melihat wajah Aisyah, "Subhanallah" kata Azmi dalam hati. Aisya belum berani melihat wajah Azmi yang selama ini memberikan nasehat kepadanya. Entah mengepa rasa malunya lebih kuat saat dengan Azmi.

Setelah Azmi pulang dari rumah aisyah, aisyah menanyakan bagaimana pendapat orang tuanya tentang Azmi. Ternyata orang tua Aisya sangat suka dengan Azmi. Aisya tersipu malu saat orang tua Aisyah menggoda Aisyah.

Aisya sholat tahajud di kamarnya dan berdoa.
"Ya Allah, apakah ini jodohku yang sebenarnya? yang kunantikan sejak lama? jodoh yang bisa menjadi imamku, menyayangiku dan keluargaku, Ya Allah hanya kepada-Mu hamba meminta dan hanya kepada-Mu hamba memohon, Rabbana Atina Fid Dunya Hasanah, Wa Fil Akhirati Hasanah, Wakina Azzabanar, Walhamdulillahirobbil'alamin"

 ***

Sudah tiga minggu sejak pertemuan itu Azmi tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Aisyah. Aisyah bingung ada apa dengan Azmi. Aisyah curhat dengan Sari teman akrabnya.
"Whats!!! udah tiga minggu tidak ada komunikasi lagi semenjak dia datang?" kata Sari yang terkejut mendengar kata-kata Aisyah.
"iya, mungkin dia gak suka kali ya sama aku..."
"tapikan dia bisa kasi tau ke kamu, kalau dia tidak suka dan cukup sampai disini, ini ninggalin gitu aja, akh cemen"
"mungkin dia segan mau bilang, Azmi orangnya baik kok" kata aisyah.
"yaampun aisyah, sesegan apa  pun klo soal beginian harusnya dia bilang, biar kitanya gak berharap banyak, seharusnya dia mikirin perasaan kamu juga, soalnya kalian DIJODOHKAN berarti tau donk , kamu uda coba sms dia? tanya kenapa tiba-tiba menghilang?"


"biasanya Azmi deluan yg menghubungi aku deluan, aku takut mengganggunya klo aku menghubunginya deluan"
"hmm... Aisyah Asiyah..." kata Sari sambil menggelengkan kepalanya.
"hahaha... gak apa-apa sari, klo jodoh pasti ketemu" kata Aisyah sambil mencubit pipi Sari.
"terserah kamu deh... aku bantu doa saja klo gitu"
"makasi sari hehehe" kata Aisya sambil tersenyum tapi dalam hatinya merasakan perasaan kecewa karena Azmi yang tidak ada kabar.

***

Malam Minggunya....

Aisya lagi membuat website pesanan orang lain di kamarnya. Dia tidak konsen mengerjakan website itu, sesekali melihat HP-nya berharap Azmi menghubunginya memberikan penjelasan kepadanya, kemudian kembali melihat code-code program di laptopnya.
Tulip Tulip Hp-nya berbunyi, segera Aisyah melihat siapa yg meneleponnya. Ternyata Azmi meneleponnya, aisyah gugup untuk menjawab teleponnya.
"assalamualaikum" sapa Azmi.
"waalaikumsalam" jawab Aisyah.
"gimana kabar aisyah?"
"alhamdulilah baik bang, bang azmi gimana kabarnya?"
"alhamdulilah baik juga, pasti aisyah heran kenapa tiga minggu ini abang gak pernah menghubingi aisyah"
"iya kenapa bang?"
"karna abang mau mengenal aisyah lebih dalam lagi"
"kok? kan abang gak ada menghubingi aisyah lagi bagaimana mau mengenal?"
"selama tiga minggu ini abang mengenal aisyah melalui ayah aisyah, abang banyak tanya sifat dan kegiatan asiyah dengan ayah aisyah lewat telepon"
Aisyah kaget sekaligus malu. Ternyata selama ini Azmi tidak melupakan Aisyah melainkan perhatian tapi tidak diketahui oleh Aisyah.
"tapi ada dua pertanyaan yang Ayah aisyah tidak bisa jawab, harus ditanyakan langsung dengan aisyah" kata azmi.
"apa tuh bang?"
"pertama, aisyah ada gak cowok yang dekat sama aisyah sekarang? aisyah punya perasaan lebih, bukan sekedar teman dengan cowok itu?"
Aisyah bingung, dalam hatinya berkata 'Ada donk bang, kan yang dekat sekarang dan punya perasaan lebih dari berteman dengan bang Azmi sendiri, ini pertanyaan menjebak atau gimana nih?' Aisyah menggaruk-garuk kepala.
"halo aisyah.." panggil Azmi.
"ohya, halo bang" jawab aisyah.
"gimana jawabanya?"
"sebenarnya, ini pertanyaan jebakan gak sih bang?"
"loh kenapa dengan pertanyaan abang?" tanya balik Azmi.
"Cowok yang lagi dekat dengan Aisyah yaitu cuman Bang Azmi".
"hehehe... " ketawa azmi malu, sambil menggenggam mengepal tangannya dan berkata dalam hati 'YES YES'.

"pertanyaan kedua apa bang azmi?"
"eghm eghm... pertanyaan kedua, Aisyah bersedia tidak menemani dan membangun sebuah keluarga bersama bang azmi?"
Asiyah lebih kaget lagi mendengar pertanyaan Azmi sambil terbuka mulutnya. pertanyaan-perntanyaan Azmi memang sederhana tapi cukup membuat jantung aisyah berdebar-debar seperti naik roller coaster.
"memangnya bang azmi sudah mengenal Aisya benar-benar? aisyah kadang bersifat kekanakan" tanya aisyah meyakinkan azmi.
"abang sudah cukup mengenal aisyah dari ayah aisyah, aisyah yang bersifat kekanakan, Aisyah yang suka membuat website dan software pesanan orang lain, malam minggunya selalu ditemani code-code pemrograman dan kadang ditemani DVD Drama korea, Aisyah yang cingeng, Aisyah yang pendiam, Aisyah yang pemalu, aisyah yang pelupa, aisyah jelek.. hahaha vis..."
"hahaha.." tawa aisyah.

"tapi setiap orang ada kelebihan dan kekurangannya, kita harus terima apa adanya yang penting kalau dari kita ada yang salah harus saling mengingatkan, yang baik pasti bertemu dengan yang baik juga"
"iya bang"
"jadi, gimana jawabannya Aisyah? bersedia tidak menikah dengan abang?"
Dengan malu-malu aisya menjawab "iya bang".

Malam itu menjelaskan semua pertanyaan-pertanyaan aisyah selama tiga minggu ini.

***

Seteleh dua hari pembicaraan itu, keluarga Azmi datang bertemu dengan keluarga Aisyah untuk melamar Aisyah. Dua minggu kemudian diadakan akad nikah dan resepsi. Jadilah mereka sepasang suami istri sekarang. Kisah ini baru dimulai loh... nantikan kelanjutannya ya..... ^_^









BERRSAMBUNG ke Umi Seorang Progremer - Part 3


Senin, 09 September 2013

Umi Seorang Progremer - Part 1



Cerita yang capung tulis kali ini tentang seorang Umi (Ibu) yang berjuang dalam rumah tangganya. Sudah lama ditinggalkannya code-code pemrograman komputer yang dulu dikenalnya, tapi demi kelangsungan hidup harus kembali mengingat code-code program komputer yang membuatnya terbantu dalam kehidupannya. Kisahnya begini nih teman...

Berawal dari seorang anak perempuan yang kuliah sambil bekerja, jangan terbalik, bukan bekerja sambil kuliah karena dia fokus pada kuliahnya bukan pada pekerjaannya pada masa itu. Tapi karena dia sudah menyelesaikan kuliahnya dia fokus pada pekerjaannya. Nama anak perempuan itu Aisyah. Aisyah mengenakan jilbab tapi belum sesuai dengan syar'i (masih menggunakan jilbab modern). Aisyah sangatlah pendiam sama orang-orang yang baru dikenalnya, kadang dia tidak tau cari bahan obrolan yang seperti apa agar akrab, tapi itulah dia lebih tidak suka basa-basi. Sekarang dia menginjak umur yang pantas untuk menikah. Sampai sekarang dia menunggu siapa jodohnya.


Sering dia di jodohkan sama teman-temannya dan ortunya. Dia selalu terima perjodohan itu tapi aisyah yang putuskan mereka cocok tidak untuk jadi imamnya kelak. Aisyah suka dijodohkan kalau soal cinta, bukan karena aisyah punya teman cowok yang sedikit tapi karena teman cowoknya banyak yang berbeda agama. Adapun cowok yang mendekatinya, tapi aisyah menolaknya karena mereka hanya ingin bersenang-senang dan tak mau untuk hubungan serius. Bisa ditebak dari mereka berbicara dan tingkahnya, pernah ada yang mau mengantar pulang tapi harus pegangan di pinggang cowok tersebut (aduh... aisyah sangat malas soal itu, belum jadi suaminya aja sudah minta yang aneh-aneh), Aisyah paling tau mana cowok yang suka maen dua, dekat sini dekat situ, entah dari mana asal informasinya aisyah selalu tau cowok yang suka selingkuh. Setiap dekat dengan cowok dia sholat tahajud untuk minta sama Allah diberi petunjuk apakah cowok yang sedang dekat sama Aisyah cowok yang baik untuknya atau bukan dan jodohnya atau bukan. Kadang kala jawaban Allah untuknya bisa lewat mimpi atau dari orang lain.

Aisyah suka membuat website dan program komputer untuk menambah uang jajannya, gajinya di kantor tempat dia bekerja sekarang untuk ditabungnya. Jadi dia tidak tergantung pada orang lain untuk menunggu siapa yag meneraktirnya makan dan membelanjakan pakaian.

"aisyah, lama sekali kamu menjomblo, aku saja sudah menikah dan punya dua anak lagi" kata temannya bernama Sari.
"hehehe belum ketemu dengan jodohnya, makanya doain donk temanmu ini dapat jodoh yang baik" jawab aisyah.
"ya aku doakan kamu dapat jodoh yang baik" kata Sari.
"Amin... " jawab aisyah.
"kamu sih banyak milih, kemaren tu aku jodohin sama Amri, kamu tolak".
"Oi, teman kamu itu kan playboy, masa lagi PDKT sama aku malah dibelakang PDKT juga sama cewek lain" kata aisyah.
"kamu harus sabar sebenarnya, mana tau dia milih kamu bukan cewek itu, dia bilang sendiri sama aku sebenarnya dia nyesel dan pengen memilih kamu tadinya"
"tapi tidak boleh gitu juga donk, ngasih harapan sama cewek lain terus ditinggalin, aduh... kasian banget tuh cewek, pasti sakit hatinya, belum apa-apa dia sudah menyakiti hati orang lain gimana nanti kalau sudah jadi suami"
"ohya, kenapa kamu tidak lanjutin hubungan kamu dengan Endru?"
"kami beberapa kali jalan, terus dia bilang sama aku memalalui SMS, gini nih isi SMS-nya, Boleh gak lain kali saat aku boncengan sama kamu pegangan sama aku, soalnya kalau dilihat orang lain kita seperti berteman bukan pacaran, lihat donk Rian dan Firna, aih... semenjak itu aku tidak komunikasi lagi sama dia"
"Aisyah aisyah, cowok itu memang gitu, karena soal berpegangan saja kamu putusin komunikasi kamu dengan dia, kenapa gak pegangan saja, mana tau dia serius sama kamu"
"mana tau dia serius? kalau dia tidak serius? kamu belum tau aja pegangan Rian dan Firnah saat berboncengan..."
"memang gimana?"
"boncengannya tuh seperti tidak ada jarak diantara mereka berdua, yang begitu mau di contoh, aio... " aisyah menggelengkan kepalanya.
"hmm... tapi kamu jangan kolot-kolot amat aisyah, kamu harus banyak mengalah sama cowok, jangan mikirin kemauan sendiri"
"aku hanya mau cowok yang menghargai kehormatan cewek, itu ajanya"
"mana ada zaman sekarang, kalau pun ada satu banding seribu"
"mudah-mudahan akau dapat yang satunya itu hehehe..." doa aisyah.
"Amin... " Sari mengaminkan doa Aisyah sambil mencubit pipinya aisyah.

***

Bersambung ke Umi Seorang Programer - Part 2


Rabu, 28 Agustus 2013

Setahunku di Kota ini - part 6 "Bye Bye Bye"

Tidak terasa sudah setahun aku tinggal di kota ini. Hari ini di sekolah ada pembagian raport dan pengumuman kenaikan kelas. Selama ini aku sudah berusaha belajar semampuku. Semua murid memasuki ruang kelas. Satu per satu nama mereka dipanggil kedepan kelas untuk mengambil raport dan diberi tahu naik kelas atau tidak.

Cebong :"aku deg-degkan nih... naik kelas gak ya?" bisik cebong ke aku.
Capung :"aku kira kamu klo gak makan aja merasa deg-degkan hehehe..."
Cebong mencubit pipiku, karena sudah mengejeknya.
Capung :"Aduh... sakit tau..."
Cebong :"huh... wee... hahaha"
cebong memeletkan lidahnya.

"Kupu!" panggil ibu guru. Kupu berjalan kedepan kelas mengambil raportnya dan ibu guru berkata padanya "Selamat ya Kupu, kamu mendapat juara pertama di kelas ini dan naik kelas 2". Kupu pun tersenyum riang dan menyalamin ibu guru. Kami bertepuk tangan atas kemenangan yang diraih Kupu. Selanjutnya guru memanggil nama teman-teman yang lain. Cebong juga dipanggil kedepan kelas dan dia juga naik kelas dua. Aku menunggu namaku dipanggil. Tapi sampai akhir pun guru tidak ada memanggil namaku. Ibu guru malah memberi selamat pada semua temanku yang telah menerima raport dan semuanya naik kelas dua.Ibu guru pun keluar kelas dan kelas mulai bubar. Sepertinya ibu guru lupa dengan aku yang belum ada menerima raport. 

Aku merasa malu dengan teman-temanku, apa mungkin aku tidak naik kelas makanya tidak diberi raport? Aku tidak mau bertanya pada ibu guru waktu di kelas. Aku bertanya pada ibu guru tentang raportku di ruangan guru saja. Aku mulai sedih dan merenung. Apa nilaiku terlalu buruk makanya tidak naik kelas, tapi selama ini aku sudah berusaha belajar dengan semampuku. Cebong dan Kupu melihatku dengan wajah sedih. Mereka kasian padaku, mereka pun menebak apa yang dipikiran mereka sama denganku.

Aku bersama cebong dan Kupu menuju ruangan guru. Mencari wali kelas kami yang membagikan raport tadi. Tapi yang kami cari sudah tidak di ruangan itu lagi. Ibu guru sudah langsung pulang selesai membagikan raport tadi. Aku sedih sekali, tapi aku tidak mengeluarkan air mata karena tidak mau terlihat cengeng di depan teman-temanku.

Kupu :"Pasti ada yang salah dengan ibu guru saat memberi nilai ujianmu, tidak mungkin kamu tinggal kelas"
Cebong :"iya, selama ini nilai ujian bulanan kamu bagus-bagus tidak ada yang merah, bahkan kamu lebih rajin dibandingkan aku"
Mereka sedih melihatku, malah aku yang sedih melihat mereka perhatian sekali dengan aku.
Capung :"SEMANGAT TEMAN!"
Cebong dan Kupu terkejut melihatku.
Capung :"ayolah, jangan sedih... ini hari gembira karena temanku bisa naik kelas Yey..."
aku mencoba memberi semangat untuk mereka. Karena aku mereka bersedih, padahal mereka seharusnya bergembira karena bisa naik kelas dan berprestasi lagi. 
Capung :"Ayolah jangan bersedih lagi... aku aja gak sedih kenapa kalian sedih, masih banyak waktu untuk memperbaiki kesalahanku"
Aku merangkul mereka.
Capung :"Ohya, Kupu jangan lupa traktirannya ya... Secara dapat rengking pertama wih... aku harus pesan makanan yang paling enak nih... hahaha"
"Aduh.." teriakku, karena Kupu menempeleng kepalaku.
Kupu :"jangan pura-pura bergembira... "
Capung :"siapa yang pura-pura? apa salahnya aku bergembira karena temanku berprestasi, hah?"
Cebong :"Baiklah, karena capung sedang bergembira, Kupu akan terkatir kita makan sepuasnya hahaha..."
Capung :"YES... Kantin... we coming !!"
Capung dan cebong berlari menuju kantin sekolah.
Kupu :"HEY... kenapa kalian yang buat keputusan"
Kupu mengejar kami. 

Mungkin mereka tau aku menutupi kesedihanku. Di wajah aku bergembira tapi dalam hati aku bersedih. Mereka juga menutupi kesedihan mereka karena aku. Mungkin aku tidak bisa bersama-sama lagi dengan mereka. Kelas kami pasti akan berbeda dan kami pasti jarang berkumpul lagi seperti ini. Mungkin ini adalah terakhir kami berkumpul bersama. Semakin aku sedih, selera makanku pun semakin lahap, menutupi kesedihaku didepan mereka.

***

Sampainya di rumah, aku sembunyi-sembunyi masuk ke dalam rumah. Aku malu tidak mendapatkan raport dan tidak naik kelas. Tiba-tiba ada seseorang yang membuatku kaget dengan kehadirannya, dia berdiri didepanku dengan senyuman diwajahnya. Dia adalah Ayahku. Ayahku memgang sebuah buku, buku itu diberikannya padaku. Aku kaget ternyata buku itu adalah raportku. Air mata yang dari tadi tertahan, mengalir begitu saja. Aku menangis melihat raport yang ada ditanganku, aku kira aku tidak mendapatkan raport. "Selamat ya capung, uda naik kelas 2 sekarang" kata ayah kepadaku, aku kemudian menyalamin tangan ayah.
Capung :"capung kira, capung gak naik kelas karena gak dikasi raport tadi di sekolah hiks"
Ayah :"ayah yang ngambil deluan raportnya karena sekalian ngurus surat pindah sekolah"
Capung :"pindah?"
Ayah :"iya, sekarang packing barang-barang dan pakaian capung yang mau di bawa ke medan"
Capung :"Sekarang pindahnya yah?"
Ayah :"Iya"

Dalam hati aku senangnya bukan main, aku bisa kumpul lagi bersama keluargaku. Ternyata ayahku merasiakan kalau ayah sudah dapat rumah komplek dekat kantornya enam bulan yang lalu. Ayah menunggu sampai aku naik kelas dua untuk mengajakku pindah ke Medan.

Semua barang sudah aku packing, aku memasukkan barangku ke mobil ayah. Aku baru teringat kalau aku akan berpisah dengan Cebong, Kupu, Dino dan teman terbaikku Tirex. Aku belum bilang apa-apa pada mereka, aku belum bilang perpisahan pada mereka. Mungkin aku tidak balik lagi ke kota ini dalam jangka waktu yang lama.

Aku permisi sama ayah untuk menungguku sebentar. Aku memberanikan diri ke rumah Tirex. Aku memanggilnya dari luar rumahnya. Kemudian dia keluar dari rumahnya.
Tirex :"kaget aku mendengar suaramu di dalam rumah tadi, tumben-tumbenan kamu ke rumah aku"
Capung :"kamu ada ballpoint dan kertas gak?"
Tirex :"hahaha... alasan aja kamu mau pinjam ballpoin dan kertas, bilang aja mau jumpa sama aku"
Capung :"aio... udah gak ada waktu lagi, pinjamkan cepat~!"
Tirex :"kenapa kamu maksa?"
Aku memaksa tirex masuk kedalam rumahnya dengan menolak bahu tirex. Tirex pun segera mengambilkan ballpoint dan kertas, kemudian memberikannya kepadaku. Aku menuliskan surat di kertas itu. Tirex memperhatikan apa yang aku tulis, dia membaca apa yang aku tulis.

Dear Kupu dan Cebong,
Saat kalian membaca surat ini mungkin aku sudah diluar kota ini. Aku dijemput Ayahku untuk kembali ke rumah kami yang baru. Ohya, tau gak? ternyata raportku sudah diambil sama ayahku sebelum kita bagi raport tadi. Aku naik kelas juga seperti kalian Hore...  
Mungkin kita tidak bertemu lagi atau kita akan bertemu tapi dalam waktu yang lama. Maaf kawan aku tidak sempat mengucapkan perpisahan sama kalian. Banyak kebahagian yang kalian berikan kepadaku, apakah aku akan bertemu teman seperti kalian di tempat yang baru nanti? Yang pasti kalian teman yang terbaik dan tidak tergantikan.  
Aku beri kalian gantungan kunci berbentuk kucing sebagai kenang-kenangan. Cebong-ku yang lucu tetaplah menjadi Cebong yang ceria dan lucu, Kupu-ku yang pintar teruslah berprestasi di sekolah. Aku pasti sangat merindukan kalian. Aku sayang kalian berdua. ^_^
Salam Peluk.
Capung

Aku melipat surat itu dan memberikan kepada tirex, surat dan dua buah gantungan kunci. Gantungan kunci ini biasanya ada di tas sekolahku, aku mencopotnya untuk kenang-kenangan teman-temanku. "Aku mohon berikan ini pada temanku di sekolahku ya? kasikan pada cebong dan kupu" kataku, tirex menerima surat dan gantungan kunci itu. Tirex yang sedari tadi membaca suratku terdiam dan melihat aku terus. Aku tau pasti dia terkejut dan sedih. Sama sedihnya dengan diriku.

Tirex :"Jadi kamu mau pindah? dan tidak tau akan kembali kesini lagi atau tidak?"
Capung :"iya... tapi mungkin kita bisa bertemu lagi !"
Tirex :"Mungkin iya, mungkin tidak"
Capung :"Maaf ya... aku juga ingin berkumpul dengan keluargaku, tapi aku sedih juga berpisah dengan kamu"
Tirex :"tidak perlu minta maaf, aku ngerti kok"
Tirex mengacak jilbabku sambil tersenyum, aku pun tersenyum melihatnya.
Tirex :"Kamu yang pertama sekali membuatku merasakan rasa nyaman dan bahagia bila dekat kamu, aku pasti sangat sedih bila tidak bertemu dengan kamu lagi, mungkin saja ini pertemuan terakhir kita, aku tidak akan melupakan kamu"
Aku tersipu malu dan sedih mendengar kata-kata tirex.
Capung :"aku juga"
Tirex :"juga apa?"
Capung :"seperti yang kamu bilang"
Tirex :"hahaha kamu malu ya... pipimu merah hahaha"
Capung :"Kamu ini!"
Aku memukul bahunya. Tirex membuka gelang yang ada ditangannya, gelangnya berwarna cokelat terbuat dari tali dan kayu, kemudian memasangkannya di tanganku.
Tirex :"ini sebagai kenang-kenangan dari aku, jangan lupakan aku, cinta pertamamu"
Tirex tersenyum melihatku.
Capung :"Ge'er kamu!"
Aku mengeluarkan sapu tanganku yang masih bersih, aku memberikan sapu tangan itu kepada tirex.
Capung :"aku mau memberikan kenang-kenangan yang bagus, tapi yang aku punya sekarang cuman sapu tangan ini"
Tirex :"tidak apa-apa, kamu tidak memberikan benda sebagai kenang-kenangan pun tidak apa-apa, karena kamu sudah memberikan aku kenangan yang indah di dalam memori otakku"
Capung :"Sudah bisa menggombal kamu ya..."
Aku tersipu malu mendengar perkataannya. Tapi sekarang saatnya berpisah.
Tirex :"mana ada gombal"
Tirex mengacak jilbabku lagi.

Capung :"Uda waktunya aku pergi, tetaplah jadi tirex yang baik ya... jangan dingin pada orang lain okeh... bye bye bye..." aku melambaikan tangan.
Tirex :"Jaga diri baik-baik ya... jangan takut pada apapun... bye bye.." tirex pun melambaikan tangan dan sambil tersenyum manis.
Aku berajak pergi meninggalkan dia. Tirex mengikutiku dari belakang. Aku masuk kedalam mobil ayah, kemudian ayah melajukan mobilnya. Tirex masih melihat kepergianku. Dari kaca sepion mobil aku bisa melihat senyum tirex lama kelamaan hilang berganti dengan kesedihan.

Aku tidak berfikir kalau kami akan berpisah. Aku dan teman-temanku memiliki banyak kenangan indah yang tidak bisa terlupakan. Aku dan cinta pertamaku memiliki perasaan yang tidak terlupakan. Selamat tinggal teman... Setahunku di kota ini membuatku merasakan sedih yang amat dalam dan senang yang amat luar biasa. Fondest memories, memories with my dear friend.


TAMAT

Selasa, 13 Agustus 2013

Setahunku di Kota ini - part 5 "Masih Terlalu Muda"

Aku menunggu tirex di depan gang, menunggunya berangkat sekolah bersama. Tirex tidak muncul-muncul, sudah 15 menit aku menunggunya. Ada apa dengan tirex. Apa dia sakit hari ini? Aku pun memberanikan diri berangkat sekolah sendirian.

Sepulang sekolah tirex pun tidak kelihatan di pinggir jalan. Malah ada dino di sana. Dia menawarinku untuk mengantarku pulang. Akhirnya aku pulang diantar oleh dino dibonceng olehnya.

Keesokan paginya, tirex lagi-lagi tidak ada. Lama sekali dia sakitnya. Apa belum sembuh-sembuh. Semenjak itu aku tidak pernah melihat tirex lagi. Kami tetanggaan tapi jarang jumpa saat di luar rumah, karena aku sering di dalam rumah dan dia bermain sepak bola bersama temannya.

***

Aku bersembunyi di dalam sekolah. Aku tidak mau menyusahkan dino terus menerus, bersusah payah mengantarku pulang. Sudah setengah jam aku bersembunyi, dino tidak ada lagi dimana mana. Aku berjalan sendirian menuju jalan besar. Aku melihat kanan kiri, memperhatikan jalanan sepi baru bisa menyeberang.

Aku melihat ke kanan, ada tirex yang sedang mengayuh sepeda dengan membawa ransel di depannya dan tas gitar dibelakangnya. Tirex melihatku dan berhenti, kemudian aku berlari menghapirinya.

Capung :"aku kira kamu sakit, tidak pernah kelihatan lagi saat berangkat sekolah"
Tirex :"kamu tidak diantar pacarmu pulang?"
Capung :"siapa pacarku?"
Tirex :"seminggu yang lalu aku lihat kamu diantar pulang sama cowok"
Capung :"dia bukan pacarku, dia temanku satu sekolah"
Tirex :"baguslah sekarang ada teman yang mau mengantarmu pulang, jadi tidak perlu repot-repot menunggu orang lain untuk menyeberang jalan"
     Aku melihat tirex kembali seperti pertama aku bertemu dengannya, terasa dingin. Sepertinya dia tidak mau bertemu denganku lagi. Aku bingung dengan dia.
Capung :"Maaf, maaf kalau aku ada salah"
Tirex :"apa yang perlu dimaafkan?"
Capung :"aku tidak tau salahku apa, tapi apa yang membuatmu seperti tidak mau berteman denganku lagi, pasti aku ada salah yang tidak aku ketahui, maaf"
    Aku berjalan menjauh darinya dan mencoba menyeberang jalan. Aku sedih sekali karena mengetahui bahwa tirex menjauhiku. Sakitnya sampai hati dan mengeluarkan air mata.

Tirex masih melihatku dari jauh. Dia menghapiriku. Aku melihatnya di depanku. Dia mengulurkan tangannya dan menghapus air mataku. Aku kaget saat dia menghapus air mataku dengan tangannya. "Ayo naik ke sepedaku" pinta tirex. Tapi aku hanya diam saja. Dia menarik tanganku dan memaksaku naik ke sepedanya. Aku pun naik ke sepedanya. Dia melajukan sepedanya ke arah yang berbeda dari jalan pulang ke rumah. "kita mau kemana?" tanyaku. "ikut saja" kata tirex.

Kami berdua melewati jalan persawahan dan sungai. Sepanjang jalan kami hanya terdiam. Aku masih heran sama dia, apa dia masih marah denganku? tapi apa salahku?. Sampailah kami disuatu tempat. Ada pantai di depan kami sekarang, sangat indah sekali. Aku tidak tau kalau dekat sini ada pantai. Aku berlari mendekati pantai dan tersenyum kegirangan. Kami duduk dipinggir pantai, diatas pasir putih.

Capung :"pantainya indah, aku baru tau kalau di sini ada pantai"
Tirex :"Aku suka ke sini, kalau lagi bosen, lagi sedih dan lagi senang, karena tempat ini sangat nyaman"
Capung :"kamu bawa gitar, kamu bisa main gitar?"
Tirex :"bisa"
Capung :"kenapa kamu mengajak aku ke sini?"
Tirex :"tadi aku lihat kamu sedih, jadi aku bawa ke sini biar kamu senang"
Capung :"kenapa kamu tidak mau berangkat sekolah bersama lagi?"
Tirex :"aku dari dulu sebenarnya berangkat dan pulang sekolah naik sepeda, cuman karena kecelakaan itu, sepedaku rusak dan mesti di perbaiki di bengkel sepeda, untunglah aku selamat dari kecelakaan itu, tidak ada patah tulang, karena sepedaku sudah bisa digunakan lagi jadi berangkat sekolah lebih cepat dari biasanya dan pulang sekolah juga lebih cepat, jadi karena itu kita tidak bertemu saat pergi dan pulang sekolah"
Capung :"kenapa hari ini kamu pulang sekolahnya lama?"
Tirex :"karna tadi ada kumpul-kumpul dengan teman di sekolah"
Capung :"Oh..."
Tirex :"lagian kamu sudah ada yang mengantar dan jemput sekolah kan?"
Capung :"Dino teman yang baik, dia sering mengantarku pulang, tapi aku segan merepotkannya terus, karena rumahnya dan rumahku sebenarnya beda arah, tapi dia selalu ingin mengantarku pulang, hari ini aku bersembunyi di dalam sekolah, menunggu dia pulang deluan, aku gak mau merepotkan dia lagi"
Tirex :"dia suka sama kamu?"
Capung :"katanya seperti itu"
Tirex :"kamu suka juga sama dia?"
Capung :"aku suka dan sayang sama semua temanku, termasuk kamu, karena hanya bersama kalian aku senang berada di kota ini"
Tirex :"sebenarnya saat bertemu kamu yang ketiga kali sepedaku sudah selesai dibetulkan, tapi aku tidak menggunakannya untuk berangkat sekolah karena aku mau berlama-lama, berjalan bersama kamu dan menolong kamu menyeberang jalan, aku senang bersama kamu, aku senang saat mengganggumu mengacak jilbabmu dan menyerakin lagi sampah yang sudah kamu sapu dihalaman depan rumah tantemu"

Tirex tersenyum saat menceritakan itu semua.
Capung :"oh, jadi kamu yang menyerakin sampah itu, aku kira ayam yang menyerakinnya lagi, pantasan kamu sering di teras rumah, pura-pura membaca komik sambil tertawa"
Tirex :"aku suka lihat kamu tertawa dan tersenyum, membuatku ikut senang"
Tirex memperhatikanku, aku hanya menundukkan kepala karena malu.
Tirex :"tapi aku tidak suka saat kamu bersama teman cowokmu itu, entah kenapa rasanya aku marah, mungkin karena biasanya kamu bersamaku sekarang bersama orang lain, aku gak tau apa yang terjadi padaku, belum pernah aku merasakan semarah dan sesak ini, rasanya aku mau bersama kamu terus, mungkin dengan bersembunyi dari kamu rasa yang aneh ini menghilang"
Capung :"aku sedih kalau temanku tidak mau berteman lagi dengaku"
Tirex :"kalau kamu sedih aku rasanya ikut sedih, rasanya aku ingin membuatmu senang kembali"
Capung :"aku senang kalau kamu mau berteman denganku lagi, jangan bersembunyi lagi"
Tirex menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Capung :"janji?"
Tirex :"janji"
kami mengaitkan kelingking dan menyatukan jempol tangan. Kami bermain air pantai, berlari dan berteriak. Hingga sore pun menjelang. Langit-langit sudah berwarna keemasan.

Aku memegang tas gitar milik Tirex.
Tirex :"mau aku maenkan gitar ini untukmu?"
Capung :"mau mau mau, nyanyikan lagu untukku"
Tirex mengeluarkan gitarnya dan memainkannya sambil bernyanyi.
Everyone can seeThere's a change in meThey all say I'm not the sameKid I used to be
Don't go out and playI just dream all dayThey don't know what's wrong with meAnd I'm to shy to say
It's my first loveWhat I dreaming ofWhen I go to bedWhen I lay my head upon my pillowDon't know what to doMy first loveThinks that I'm too youngShe doesn't even knowWish that I could show her what I'm feelingCoz I'm feeling my first love
Mirror on the wallIs she care at allWill he ever notice meCould she ever fall
Tell me guitarWhy love is so unfairWill he ever find a wayAnd answer to my pray

Dari isi lagunya aku tau rasa yang dimilikinya terhadapku, tapi kami belum cukup umur untuk mengetahui apa yang kami rasakan. Aku senang bersamanya. Aku pun merasakan ada perasaan yang aneh, yang belum pernah aku rasakan. Perasaan ini beda dengan saat bersama temanku yang lain.

Tirex memintaku menyanyikan lagu untuknya. Aku pun menyanyikan lagu untuknya.

Ku tahu belum cukup umurkuTuk bisa mengerti tentang cintaKu tahu memang belum waktunyaKu akui jujur saja ada rasa suka pada dirimu
Biar ku simpan rasaku iniWalau entah sampai kapan nantiBiar ku nikmati rasa iniKu tak perlu engkau tahu bahwa aku suka padamu
Ku ingin ungkapkan dalam laguTuk lukiskan segala isi hatikuTerserah orang mau bilang apaKu memang masih remaja dan memang belum dewasa
Biar ku simpan rasaku iniWalau entah sampai kapan nantiBiar ku nikmati rasa iniKu tak perlu engkau tahu bahwa aku suka padamu
Tak mau ku nyatakan cintakuSemua bilang ku harus menunggu

Hari ini sangat menyenangkan. Bersama tirex, bermain di pantai. Kami pun pulang ke rumah. Sepanjang jalan pulang kami kami tertawa bersama. Aku tau nanti di rumah pasti kena marah sama tante karena belum bersih-bersih rumah dan baru pulang sesore ini. Tapi masa bodoh, yang penting aku sedang senang sekarang. ^_^


***

Bersambung : Setahunku di kota ini - part 6 "Bye Bye Bye" (Tamat)

Senin, 12 Agustus 2013

Setahunku di Kota ini - Part 4 "Dino suka Capung"

Pagi ini cerah sekali untuk berangkat sekolah. Didepan gang aku menunggu tirex untuk pergi sekolah bersama. Tirex pun datang, setibanya datang dia langsung meletakkan tangannya di keningku.
Tirex :"wah, cepat juga kamu sembuh, baru kemaren sakit panas sekali"
Capung :"aku banyak minum air hangat, makan dan tidur, jadi keluarkan keringat banyak, bangunnya sudah segar kembali"
Tirex :"tidak minum obat? tidak suka minum obat?"
Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya tersenyum dan melangkahkan kaki menuju sekolah. Tirex mengacak kepalaku hingga jilbabku miring. Aku mau membalas mengacak rambutnya tapi dia terlalu tinggi buatku jadi susah memegang kepalanya. Dia mengejekku karena tidak bisa memegang kepalanya.

Capung :"Aku gak mau sakit lagi, aku harus jaga kesehatan, karena sakit itu mahal harganya"
Tirex :"heh, memang harus begitu, jangan sakit lagi ya"
Aku melihat wajah tirex dengan pandangan bertanya-tanya.
Tirex :"Apa? gak boleh aku ngasih perhatian?"
Capung :"hahaha... boleh, tapi kamu yang dulu kemana? yang cuek dan tidak peduli"
Dia hanya berjalan dan menahan senyumnya. Aku rasa dia malu. Lucu rasanya saat melihat ekspresi malunya. Mukanya memerah dan pipinya menahan senyum.
Capung :"oh iya, ini aku kembalikan lagi uang koin lima ratus rupiah"
Tirex :"tidak mau, sudah ku bilang tidak usah dikembalikan"
Capung :"Tapi... ambillah ini, aku gak mau dikasihani"
Tirex :"aku tidak mengasihanimu, siapa juga yang mau mengasihani cewek jelek kayak kamu"
Tirex kembali memegang kepalaku, mengacak jilbabku. Aku menarik tangannya yang berada diatas kepalaku. Aku meletakkan uang koin lima ratus rupiah di telapak tangannya dan ku genggamkan tangannya.
Capung :"aku serius, aku kembalikan uang ini"
Tirex :"baiklah... ayok cepat jalan, nanti terlabat ke sekolah"
Kami pun berjalan menuju sekolah bersama. Tirex membantuku menyeberang jalan, setelah itu dia kembali menyeberang dan menyetop angkutan umum.

***

Sepulang sekolah, aku mengobrol bersama temanku sepanjang jalan menuju gerbang sekolah. Dino datang menghapiri kami dengan mengendarai sepeda.
Dino :"Capung, boleh aku antar kamu pulang?"
Teman-teman pada melihat ke arahku, memberi kode jawaban "boleh" dengan kerlingan mata mereka.
Cebong :"iya, boleh, kamu boleh mengantar capung pulang"
Capung :"apaan sih Ce..."
Cebong :"tumpangan geratis, ketimbang capek jalan"
Dino :"sekalian ada yang mau aku bicarakan"
Kupu :"ehm, pasti mau capungnya, ya kan capung..."
Dino :"yaudah, kalau gitu naik ke sepeda"
Mereka memaksaku naik sepeda Dino. Mereka menarik tanganku dan memaksaku duduk di tempat duduk boncengan sepeda. Akhirnya aku naik juga, dino langsung mengayuhkan sepedanya sehingga aku gak bisa turun lagi. "Makasih Yah Teman-Teman!" teriak dino, sambil melambaikan tangan ke arah Kupu dan Cebong. "Hati-hati dan semoga berhasil!" teriak kembali teman-temanku. Aku bingung kenapa dino dan temna-temanku sepertinya akrab sekali.

Saat sampai di seberang jalan, aku melihat ke belakang. Ada tirex yang baru keluar dari angkutan umum dan dia melihatku. Dia melihatku dibonceng naik sepeda dengan anak cowok. Terlihat sedih wajahnya, semakin lama semakin jauh sosoknya.

Dino mengayuh sepedanya dengan senyuman diwajahnya.
Dino :"rumah kamu dimana Ca?"
Capung :"di gang Tahu"
Dino :"maaf ya, aku memaksa mengantarmu pulang ke rumah"
Capung :"gak apa-apa, semestinya aku yang berterima kasih mau mengantarku pulang"
Dino :"sebenarnya, teman-teman kamu memaksa kamu untuk ikut aku karena aku minta tolong sama mereka agar kamu mau aku antar pulang"
Aku bingung dan hanya bisa diam.

Dino :"aku sudah lama memperhatikanmu, sebelum kita jumpa di kantin, aku melihatmu saat pertukaran kelas saat pelajaran agama, aku suka memperhatikan kamu, tapi kamu tidak pernah melihatku, jadi aku beranikan diri untuk menjumpai kamu saat di kantin. Sebenarnya waktu itu aku menerobos antrian untuk membeli bakso dan roti sampai teman-teman yang antri memukul-mukul kepalaku, kemudian aku berlari menuju mejamu, aku pura-pura tidak tau ada orang di meja itu, aku makan bakso secepatnya sebelum teman-teman kamu datang, aku cuman mau berkenalan sama kamu waktu itu, aku lihat kamu lagi lapar juga jadi aku kasi rotiku untukmu. Tapi kamu kira aku kasian sama kamu dan mengembalikan uangnya"

Capung :"kenapa kamu mau berkenalan dengan aku?"
Dino :"karena... aku suka sama kamu"
Aku tidak begitu kaget mendengar kata-katanya karena dari awal aku bisa tebak dari sikapnya ke aku.
Capung :"kamu kan tidak kenal aku seperti apa, lalu apa yang kamu sukai dariku?"
Dino :"entalah, saat melihatmu rasanya nyaman"
Capung :"aku mengenakan jilbab, pastinya kamu tau perbedaan kita, kenapa kamu bisa suka sama aku padahal rambutku dan kupingku tertutup oleh jilbab"
Dino :"Aku tidak melihatmu dari penampilan atau agamamu, aku hanya merasa nyaman melihatmu"
Aku hanya terdiam masih tidak menyangka, kenapa dia yang berbeda agama denganku suka dengan aku yang mengenakan jilbab.

***

Bersambung ke : Setahunku di Kota ini - Part 5 "Masih Terlalu Muda"

Setahunku di Kota ini - Part 3 "Kesedihanku"

Selesai belajar dan mengerjakan PR sekolah aku duduk diruang tamu sendirian. aku selalu duduk di sana, karena di sana dekat dengan pintu kamar tante dan pamanku. Mereka dan anak-anak mereka suka berkumpul di kamar tante. Bercerita dan tertawa bersama di kamar itu. Aku pengen bergabung tapi aku cuman penumpang disini. Aku lihat kak Angsa keluar dari kamar ortunya dan menuju kamarnya. Kemudian kak Angsa kembali lagi ke kamar ortunya dengan membawa banyak coklat batangan. Aku melihatnya dan dia juga sepertinya sengaja memperlihatkan coklat itu sama aku, tapi cuman dikasi liat saja dan tidak diberi. Sudah lama aku tidak makan coklat semenjak pindah ke sini. Aku dengar tawa mereka di dalam kamar itu.

Tidak lama kemudian ada orang lain datang mengetok pintu. Ternyata uwakku dan anak-anaknya dari medan datang untuk bertamu. Paman dan tanteku keluar dari kamarnya dan mempersilahkan Uwak duduk di ruang tengah, karena saudara sendiri anak-anak uwak suka-suka bermain dimana saja. Tiba-tiba lampu mati, ternyata listrik waktu itu padam.
Angsa :"Capung!! ambilkan lilin di dapur!"
Capung :"Kak, capung takut, di dapur gelap, temanin lah kak"
Angsa :"gak apa-apa, gak ada apa-apa disana, gak ada hantu"
Capung :"gak kelihatan apa-apa kak, temanin lah kak"
Angsa :"sama aja donk, nanti aku juga yang ngambil, uda sana ambil!!"
Capung :"takut kak"
Angsa :"ish, malas bilang, alasan saja!!"

Kemudian kak Angsa mengambil lilin itu sendirian ke dapur. Aku beneran takut sendirian di tempat gelap. Apalagi kalau lama-lama di tempat gelap rasanya sesak dadanya. Semua orang pada berkumpul di ruang tengah dengan cahaya dari lilin.
Angsa :"Capung sana tidur! besok kesiangan masuk sekolah"
Capung :"masih jam 8 kak"
Angsa :"dibilangin ngelawan aja"
Capung :"gelap di kamar kak, capung bawa lilin satu ya kak"
Angsa :"biar terbakar kamarnya, jangan dibawa lilinnya ke kamar! kan masih ada cahaya dari sini ke kamar, buka aja pintu kamarnya, gak ada hantu yang mau gangguin kamu disana"
Anak1 Uwak :"Yang ada hantu yang takut kamu"
Anak2 Uwak :"Uda gede aja masih penakut"
"Hahaha.." tawa mereka semua.
Aku pun pergi ke kamar dengan hati berat. Memang cahaya lilin dari ruang tengah masuk ke kamar tapi cuman sedikit. Entah kenapa aku penakut saat gelap. Aku masih mendengar suara-suara mengobrol mereka.
Tante :"Capung itu pemalas ya"
Uwak :"iya?"
Tante :"kalau disuruh aja baru dikerjakan"
Uwak :"ish, gak kayak anakku ya, gak disuruh tau dia apa yang dikerjakan"
Tante :"iya, anakmu rajin kali, gak kayak capung, penakut dan malas pula"
Uwak :"iya, tadi aja disuruh ngambil lilin aja gak mau"

Aku sedih dan menangis sendirian di kamar yang gelap mendengar percakapan mereka tentangku. Apa mereka sengaja bercerita seperti itu agar aku dengar atau mereka pikir aku sudah tidur jadi bercerita tentangku dibelakangku. Aku orang baru di rumah ini, aku juga baru gede, aku gak tau apa yang mesti ku kerjakan di rumah ini. Seharusnya ada orang yang mengajariku, bukan langsung menyuruh dan memerintahku. Aku bukan pembantu di rumah ini. Apa karena aku diberi uang jajan seribu sama tante makanya aku diperlakukan seperti pembantu. Diberi pun waktu sekolah saja, tidak waktu liburan sekolah. Aku sudah mengerjakan apa yang mereka perintahkan, tapi kenapa mereka masih bilang aku pemalas.

***

Pagi dihari minggu, untuk yang lain mungkin bersantai. Tidak untukku, semenjak tukang cuci baju tidak bekerja lagi di rumah tante, aku menyuci bajuku sendiri. Baru kali ini aku menyuci baju. Aku belajar sendiri menyuci baju, tanpa diajarin siapa pun. Selesai menyuci seragam dan pakaianku sehari-hari, aku duduk santai di depan TV yang sudah ada bang Beruang dan jentik berada di sana. Aku tertawa karena siaran di tV waktu itu tentang komedi. Tiba-tiba bang Beruang menukar channel tv menjadi siaran berita, padahal acara komedinya lagi lucu-lucunya. Sampai beberapa waktu aku bosen mendengar acara berita. Aku masuk kedalam kamar. Lalu aku dengar dalam kamar channel acara komedi kembali di tonton bang Beruang. Aku pun keluar dan kembali duduk menonton tv, tapi kembali bang Beruang mengganti channel tv menjadi berita. Dari situ aku tau kalau bang Beruang tidak suka aku menonton tv. Aku sedih sekali, dihari biasa aku tidak boleh nonton tv tapi di hari libur pun aku tidak bisa menonton tv. Aku tidur-tiduran di kamar, sambil berfikir 'kapanlah aku bisa kembali bersama keluargaku, aku kangen banget'.

Telepon rumah berdering dan tak lama kemudian kak Angsa memanggilku. Ternyata telepon itu untukku, aku bingung siapa yang meneleponku. Aku terima teleponnya dan ternyata ayah yang meneleponkku. Padahal baru tadi aku teringat dengan keluargaku, sekarang ayah yang meneleponkku. Aku sedih banget, rasanya ingin meluapkan beban di hati ini. Aku gak boleh nangis, nanti ayah khawatir lagi. Ayah menanyakan kabar tentang aku. Aku bercerita yang baik-baik tentang keadaan di rumah ini dan tentang sekolah. Aku hampir saja menangis tapi untung ayah tidak merasakannya. setelah telepon di tutup, aku masuk kamar dan menangis sepuasnya dibalik bantal.

"Capung!" kak Angsa memanggilku. Aku menghapus air mataku dan keluar kamar menuju asal suara yang memanggilku.
Capung :"iya kak, ada apa?"
Angsa :"ambilkan jarum jait di lemari dapur"
Kak angsa memegang bajunya yang robek. Aku pun mencari jarum jait di lemari, tapi tidak ketemu.
Capung :"kak jarumnya gak ada"
Angsa :"masa sih gak ada, kayaknya kemaren aku baru jait jarumnya aku letak di sana"
Capung :"betul kak, gak ada"
Angsa :"coba cari lagi"
aku pun mencari lagi di lemari dapur, sampai ke kolong lemari aku cari, takutnya jarumnya jatuh ke bawah, tapi tetap saja gak ada. Aku pun mulai takut, takut dimarahin kak Angsa karena gak menemukan apa yang di perintahkannya.
Capung :"kak... gak ada lah..."
Angsa :"Aduh... capeknya nyuruhmu yah, kau malas kali nyarinya"
Capung :"aku lihat dimana-mana gak ada kak"
Angsa :"buta kali ya, masa gak kelihatan jarumnya, kalau ada kayak mana!"
Aku hanya diam. Kak Angsa mencari ke lemari dapur, lama sekali dia mencari. Ternyata tidak ada jarumnya di lemari itu. Pergi dia ke kamar, dia menemukan jarum jaitnya di lemari pakaian dia. Dia lupa meletakkannya, kalau kemaren dia selesai menjahit meletakkan jarumnya di lemari pakaiannnya. Setelah menemukan jarunnya dia mulai menjait, tak selintas kata untuk meminta maaf padaku karena sudah memarahiku dan mengejekku. Dia hanya pasang muka pura-pura tidak melihatku. Apa dia tidak tau malu, kesalahan dia sendiri tapi memerahiku seakan aku yang bersalah.

***

Aku merasa perutku tidak nyaman, aku pergi ke kamar mandi untuk membuang air kecil. aku lihat celana dalamku ada darah. Aku kaget, apa ini yang namanya halangan. Guru SD-ku pernah menjelaskan kesuburan pada wanita. Segera aku menjumpai kak Angsa.
Capung :"kak, sepertinya aku mens kak, kayak mana nih kak?"
Angsa :"pakai pembalutlah"
Capung :"aku gak ada nyimpan kak, boleh pinjam punya kakak gak?"
Angsa :"pembalutku lagi habis"
Aku kebingungan karena sepertinya bertambah banyak darah yang keluar. Aku mau pinjam uang dulu sama kak Angsa tapi nanti gak bisa ngegantinya. Harga pembalut mahal gak ya... Tapi kenapa kak Angsa gak nawarin untuk beli pakai uang dia dulu. Aku harus gimana nih. Aku pun pergi dari hadapan kak Angsa. Tapi kemudian kak Angsa memanggilku dan membawa kain bekas pakaian yang tidak dipakai lagi tapi masih bersih. Dilipat-lipatnya kain itu dan kemudian menyuruh aku memakai itu untuk dipakai pengganti pembalut. Aku sedih sekali, coba bundaku ada di sini sekarang pasti tidak seperti ini sekarang. Karena pakai kain jadi sering tembus dan aku pun harus sering ganti dan menyucinya kembali. Apalagi waktu belajar di sekolah rasa risih dan malu karena sering tembus.

Mengambil pelajaran dari bulan yang kemaren menggunakan kain, Akhirnya aku putuskan menabung untuk membeli pembalut. Aku pergi ke warung untuk membeli pembalut, uang yang aku bawa cuman sedikit, aku takut harga pembalut mahal. Aku berpikiran pembalut mahal karena kak Angsa tega memberiku kain dari pada membelikan uangnya untuk pembalut.
Capung :"bu... mau beli pembalut"
Penjual :"mau yang merek apa?"
Capung :"yang murah yang mana bu?"
Penjual :"yang ini, harganya tiga ribu"

Barulah aku bernafas lega, ternyata pembalutnya tidak mahal harganya. Aku tidak usah menggunakan kain lagi. Sekarang aku membeli pembalut menggunakan uang tabunganku sendiri.

***

Aku merasa badanku kurang sehat. Aku merasa dingin sekali, jadi aku tiduran di kamar agar saat bangun badanku segar kembali. Bang Beruang memanggilku dari luar kamar, "Capung, belikan abang rokok di warung, ini uangnya" katanya sambil memberi uang. Aku pun berjalan menuju warung. Pada saat itu angin sore kencang sekali, menambah badanku semakin menggigil. Setelah aku membeli rokok aku kembali ke rumah. Saat berjalan menuju rumah aku tidak berhati-hati memegang uang kembaliannya, sehingga uang recehannya berjatuhan kemana-mana. kemudian aku kutipin uangnya, aku hitung lagi, ternyata kurang jumlahnya. Koinnya kurang lima ratus rupiah lagi, aku mencari-cari sekitar situ sambil meraba-raba rumput di pinggir jalan. Aku melihat di depan aku ada seseorang. Saat aku lihat ke atas ternyata Tirex.
Tirex :"sedang apa?"
Capung :"cari koin lima ratus, tadi jatuh dekat sini"
Tirex pun membantuku mencari uang koin itu. Tapi tidak ketemu juga. Dia menyerah mencarinya.
Tirex :"mungkin menggelinding ke got di situ" tirex menunjuk ke arah got dekat situ.
Capung :"ya... gimana nih"
Aku mendekat ke got dan mau memasukkan tanganku ke got untuk mencari koin itu. Tapi tirex menarik tanganku. Dia melihatku dengan mengerutkan keningnya. Dan kemudian memegang keningku.
Tirex :"Kamu sakit ya, badan kamu panas"
Capung :"gak, memang kayak gini suhu badanku, panas ya hehehe"
Tirex :"pura-pura gak sakit, sudah sana pulang, di luar dingin"
Capung :"aku cari dulu koinnya, itu uang kembalian beli rokok bang Beruang"
Tirex :"cuman lima ratus rupiah, apa dia marah kalau uangnya hilang?"
Capung :"gak marah, tapi aku malu, nanti dikirannya aku mencuri uangnya, nanti dia bilang cuman alasan aja jatuh koinnya"
Tirex :"segitunya?"
Capung :"soalnya sering uang recehan milik tante di rumah hilang, mereka sepertinya menuduhku, walaupun tidak bilang secara langsung sama aku tapi mereka melihatku dengan sinis seakan menuduhku dan menyindirku, padahal aku tidak pernah mencuri"
Tirex :"Aku paham sekarang, gimana keadaan kamu saat di rumah itu"
Tirex melihat ke arah mataku. Aku menunduk dan menahan tangis. Aku mau mencari lagi koin itu di got. Tapi tirex lagi-lagi menarikku. Diberikannya uang koin lima ratus.
Tirex :"ini, pakai uang aku saja"
Capung :"besok pagi aku ganti ya"
Tirex :"gak usah diganti, cuman lima ratus rupiah"
Bagi Tirex mungkin itu uang tidak seberapa, tapi bagiku itu separuh dari uang jajanku.
Capung :"tetap akan aku ganti, makasi ya udah minjamin"
Aku bergegas kembali ke rumah. Tirex berteriak "Jangan Lupa Makan Obat Ya!". Ternyata tirex teman yang perhatian juga.

Sesampainya di rumah, aku memberikan rokok dan kembalian uang bang Beruang. Bang beruang berkata "Lama banget! beli rokok di warung aja kayak beli di ujung kulon". Aku kira dia mau mengucapkan terima kasih, tapi malah kekesalannya yang aku dengar.

Aku menuju kamar. Aku melihat ada kak Angsa sedang membereskan baju-bajunya. Aku bingung, aku bilang gak kalau aku sedang sakit, aku takutnya dia marah. Tapi kalau aku gak bilang nanti aku gak dapat obat.
Capung :"kak angsa"
Angsa :"ya"
Capung :"kayaknya aku lagi sakit demam"
Angsa :"belilah sana obat, di warung sana, nama obat demamnya panol"
Nyuttt... rasanya sakit banget hati ini. Saat aku sakit pun aku disuruh beli obat sendiri. Mana ada uangku untuk beli obat.

Aku berjalan menuju dapur, mengambil air minum hangat. Aku minum air hangat sampai beberapa gelas. Aku harus sehat kembali, aku gak mau sakit. Kemudian aku makan sore sebanyak-banyaknya. Kemudian kembali ke tempat tidur. Semoga bangun tidur nanti badanku sehat kembali.

***

Bersambung ke : Setahunku di Kota ini - Part 4 "Dino Suka Capung"