Aku baru saja sampai di kota kecil yang disebut Kuala. Aku baru pindah dari Jakarta karena ayahku sudah menyelesaikan sekolahnya S2. Seharusnya aku dan keluargaku tinggal bersama di kota asal kami yaitu Medan. Tapi ayah belum menyiapkan ,rumah untuk kami tinggalin. Jadi aku dititipkan ke rumah saudara dari ayah. Sedangkan ortuku tinggal di medan bersama dengan saudara yang di Medan. Sampai ayah mendapatkan rumah komplek dari perusahaan tempat ayah bekerja sekarang, kami sekeluarga untuk sementara terpisah pisah.
Aku tinggal bersama Paman dan Tante Panda. Pamanku bekerja sebagai guru SMA dan Tante bekerja sebagai pegawai swasta. Jadi setiap hari Paman pulang kerja lebih awal dibandingkan tante yang pulang sore. Mereka punya 3 anak, anak pertama laki-laki bernama Beruang dan sudah bekerja, anak kedua cewek namanya Angsa dan sekarang bekerja di supermarket sebagai kasir, anak ketiga cewek namanya Jentik dan masih SD, memang beda jauh usianya dengan kak Angsa. Aku sendiri masuk sekolah SMP negri 1 kelas 1.
Rambutku selalu dikepang sama kak Angsa sebelum mengenakan jilbab, kemudian aku bersiap untuk berangkat ke sekolah. Aku diantar Paman naik motor ke sekolah karena sekalian jalan mengantar Jentik ke sekolah. Saat pulang sekolah, aku sendirian jalan kaki. Memang sih agak jauh harus melewati jalan besar, kemudian rel kereta api dan titi sungai (titinya itu seperti jalan yang diaspal), tapi kalau sudah terbiasa pasti tidak terasa jauh. Aku dapat uang jajan dari Tante sebanyak seribu. Dimasaku seribu sudah bisa beli bakwan sebanyak 4 buah.
Kata Bunda kalau tinggal di rumah orang tidak boleh malas walau pun tinggal di rumah saudara sendiri, apa yang disuruh dikerjakan. Jadi Paman memintaku setiap sore jam 3 untuk menyapu rumah dan halaman depan rumah, dan juga menyiramin bunga-bunga. Kalau tante setiap pulang kerja membawa tempat bekal yang sudah kotor, jadi meminta tolong sama aku untuk
menyucikannya sekalian piring-piring kotor yang lain. Padahal kalau dulu tinggal sama keluarga, aku cuman bisa nyuci piring dan menyapu rumah saat sore dan waktu hari minggu saja. Sekarang setiap hari. Malamnya aku makan malam, belajar sendirian, nonton tv, setelah itu tidur sekamar dengan kak Angsa.
***
Di sekolah aku sudah mendapat beberapa teman yang sering mengajak aku mengobrol dan bermain. Kami bertiga sering bersama-sama kemana saja kecuali ke toilet ya... sahabatku bernama Kupu dan Cebong.
Kupu : "wey, gimana kalau kita buat tabungan? Nanti kalau uangnya sudah terkumpul sesuai target kita, kita bisa ambil untuk beli apa saja"
Capung : "boleh tuh, lagian kita jarang jajan ke kantin, bagusan uang jajannya ditabung"
Cebong : "cara nabungnya gimana? Dan siapa yang boleh pegang uangnya?"
Kupu :"caranya seperti nabung di celengan, tapi kalau ini nabungnya pakai buku catatan, jadi setiap harinya setiap orang dicatat ngasi berapa jumlah uangnya yang mau ditabung dan uangnya nanti disimpan di dalam amplop, kemudian kalau mau mengambil uang tabungan ini harus minimal 7 hari menabung, kalau gak mau diambil disimpan seterusnya sampai lewat 7 hari pun bisa"
Capung :"okeh, untuk yang pemegang uang dan catatannya kita bergiliran, setiap 2 minggu sekali kita bergiliran menyimpan uang dan catatannya, sekarang kita hompimpa dulu biar tau siapa yang dapat giliran pertama, kedua dan ketiga"
Kami pun hompimpa bersama, dan hasilnya Kupu dapat giliran pertama, Cebong dapat giliran kedua dan aku dapat giliran terkahir. Ide Kupu untuk buat tabungan seperti ini sangatlah bermanfaat untukku nantinya.
Waktunya pulang sekolah, aku harus bergegas menuju jalan besar yang banyak dilalui kendaraan besar, karena aku harus menyebrang jalan itu agar bisa pulang ke rumah. Sebagian siswa menyebrang bersama-sama jadi kalau ketinggalan aku menyebrang sendiri. Aku takut saat menyebrang jalan itu karena kendaraan pada kencang saat melaju. Pernah waktu pulang sekolah saat di kelas, kupu dan cebong mengajakku ngobrol jadi aku terlambat untuk menyebrang dengan yang lain. Jadilah aku sendirian. Aku berdiri di pinggir jalan menunggu sunyi kendaraan yang lewat, tapi waktu sunyi pun motor sering lewat dengan kencang jadi aku takut-takut untuk menyebrang.
Aku lihat ada anak cowok berseragam SMP dari sekolah lain turun dari kendaraan umum. Dia mencoba menyeberang jalan sendiri. Aku ikutin dia dari belakang biar aku bisa menyeberang bersamanya. Dia pun mengangkat tangan kiri kemudian kanan saat menyeberang. Akhirnya aku bisa menyeberang jalan juga. Anak cowok itu melihat kalau aku mengikutinnya. Kemudian dia melanjutkan jalanya, aku pun juga, tapi kenapa arah jalan dia searah jalan ke rumah pamanku. Jadi cowok itu merasa kalau aku masih mengikutinya. Anak cowok itu berjalan dengan cepat dan kemudian berlari, hingga aku tidak bisa melihatnya lagi. Aduh... kenapa kebetulan arah jalan pulangnya sama dengan dia jadi ke'geran dia, perasaan diikutin.
***
Bersambung ke : Setahunku di Kota ini - Part 2 "Tawa Tirex dan Dino teman baruku"
Selasa, 06 Agustus 2013
Setahunku di Kota ini - Part 1 "keluarga dan saudaraku"
Posted on 14.29 by Unknown
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar